Rotameter adalah alat yang mengukur tingkat aliran cair atau gas dalam tabung tertutup. Ini termasuk dalam kelas
meter yang disebut variabel area meter, yang mengukur berbagai laju aliran luas
penampang fluida yang bergerak melaluinya, menyebabkan beberapa efek yang dapat
diukur. Sebuah rotameter terdiri dari tabung runcing, biasanya terbuat dari
kaca, dengan pelampung di dalamnya yang didorong oleh aliran dan ditarik ke
bawah oleh gravitasi. Pada tingkat aliran tinggi yang melalui float dan tabung,
float akan terbawa dan mengambang keatas Float dibuat dalam beberapa bentuk,
bentuk yang paling umum yaitu bulat dan elips agar dapat berputar secara
vertikal ketika dilalui fluida. Gaya dan jarak angkat dari pelampung sebanding
dengan laju aliran. Gaya angkat ini dihasilkan oleh tekanan diggerensial yang
menekan pelampung hingga naik ke atas yang dinamakan area meter karena letak
ketinggian pelampung itu bergantung pada luas bidang annulus diantara pelampung
dan tabung gelas tirus itu. Pelampung akan naik dan menunjukkan pada skala
pengukuran dengan satuan yang diketahui.
Berbeda dengan orifice,
venture dan nozzle, ketiga alat pengukur aliran fluida ini dalam alirannya
melalui luas yang tetap dimana fluida mengalir, tetapi pada rotameter adalah
pada tekanan yang tetap dengan aliran fluida yang berbeda-beda (variable).
Fluida mengalir ke atas melalui tabung gelas
berisi float yang dapat bergerak dengan bebas. Untuk menunjukkan besarnya
aliran fluida metering float naik ke atas, seperti terlihat pada gambar I. Kepala
metering float menunjukkan angka 0, membuktikan bahwa valve yang terletak di
bawah meteran ini belum terbuka. Rotameter bila dipasang pada pipa-pipa
berukuran ¼ - 3 inci standard.
Gambar I
Keuntungan penggunaan
rotameter
- Sebuah rotameter tidak memerlukan tenaga atau bahan bakar eksternal, hanya menggunakan sifat-sifat yang ada pada fluida, dan juga gravitasi, untuk mengukur laju aliran.
·
Sebuah
rotameter juga memiliki perangkat yang relatif sederhana yang dapat diproduksi
secara massal dari bahan murah, yang memungkinkan untuk digunakan secara luas.
Kerugian penggunaan
rotameter
- Karena menggunakan gravitasi, sebuah rotameter harus selalu berorientasi vertikal ke atas, dengan cairan yang mengalir ke atas.
·
Karena
ketergantungan pada kemampuan dari cairan atau gas untuk mengambang, keluaran dari rotameter tertentu
hanya akan akurat untuk suatu zat.
·
Rotameters
biasanya memerlukan penggunaan kaca (atau bahan transparan lainnya), jika
tidak, pengguna tidak dapat melihat mengambang.
- Rotameters tidak mudah diadaptasi untuk pembacaan oleh mesin; walaupun pengapung magnet yang mendorong pengikut di luar tabung yang tersedia.
Prinsip kerja
Mula
– mula float berada pada posisi setimbang (angka nol pada scale line)
menunjukkan bahwa tidak adanya gaya yang bekerja pada float, dengan demikian
tidak ada fluida yang mengalir. Ketika terjadi aliran fluida berakibat pada
naiknya float ke atas akibat gaya angkat dari fluida. Pembacaan tinggi float
pada scale line sebanding dengan perubahan besarnya aliran yang terjadi .
Teori dan Kalibrasi
rotameter
Untuk mengukur aliran fluida dalam
rotameter harus diperhatikan kesetimbangan posisis dari float dalam rotameter. Posisi
Float ditentukan oleh kesetimbangannya, yaitu oleh adanya :
1)
Berat dari pada float
2)
Gaya
fluida terhadap float
3)
Gaya
tarik pada float
Gaya
(1) menuju ke bawah, gaya
(2) dan (3) menuju ke atas.Untuk itu dapat dihitung:
Fd gc = Vf
ρf g – Vf ρ
g …..(1)
Dimana :
Fd = gaya tarik, lb
g = percepatan
gravitasi 9.81 m/det2 = 32.17 ft/det2
gc = faktor konversi Newtin, 32.17
ft.lb/lb.det2
Vf = Volume float, ft3
ρf =
density float, lb/ft3
ρ =
density fluida, lb/ft3
Vf
= mf ………. mf = massa dari float.
ρf
Fd gc = mf
g (1 – ρ )
ρf
Menghitung rate massa fluida :
w = X
[ ( Fd gc
) ½ . Dt
] ......(2)
Df (Fd gc
ρ )
½ μ Df
Dimana :
w = rate massa fluida, lb/det
μ = viskositas fluida, lb/ft-det.
X = Fungsi
Dt = diameter tabung, ft
Df = diameter float, ft.
Kalau persamaan (1) disubstitusikan ke dalam
persamaan (2)
w =
X [ ( Fd gc ) ½ . Dt ]
Df
[mf g ρ (1 – ρ ) ] ½ μ Df
ρf
Jika w
/ μ =
X
Df [mf g (1 – ρ )
] ½
ρf
Dan [mf g (1 – ρ ) ] ½ =
Y
ρf
Maka dapat dibuat plot untuk Dt /
Df yang tetap. Hubungan antara Rr dan Dt /
Df kemudian digunakan untuk menghubungkan w dan Rr.
2. Weir
Weir
adalah sebuah obstruksi yang dilalui cairan di dalam sebuah aliran terbuka. Aplikasinya banyak dipakai pada sistem pengolahan
limbah, irigasi dan saluran pembuangan limbah. Pengukuran dapat dilakukan
dengan mengukur kecepatan aliran dengan satuan yang umum yaitu gallon per menit
(gpm) menjadi gallon per hari. Laju alir sebagai fungsi dari ketinggian head di
atas cekung weir dan lebar bukaan (notch).
Secara umum ada tiga bentuk
weir notch yaitu segiempat (rectangular), segitiga ( V-notch) dan trapesium
(cipoletti). Weir segiempat merupakan salah satu bentuk weir yang sudah lama
digunakan karena bentuknya sederhana, konstruksinya mudah dan akurat. Weir
segitiga mempunyai jangkauan kapasitas yang lebih besar dan praktis
dibandingkan dengan bentuk weir lainya. Weir trapesium merupakan benutuk weir
yang cukup banyak digunakan. Aliran fluida proposional dengan lebar dibawah
cekungan weir trapesium
Weir hanya dapat digunakan apabila liquida
mengalir dalam channel terbuka, tidak dapat digunakan untuk liquida dalam pipa.
Perhitungan pada aliran terbuka lebih rumit dari pada aliran dalam pipa
dikarenakan:
- Bentuk penampang yang tidak teratur (terutama sungai)
- Sulit menentukan kekasaran (sungai berbatu sedangkan pipa tembaga licin)
- Kesulitan pengumpula data di lapangan
Prinsip Kerja
Pada umumnya pengukuran aliran pada saluran
terbuka menggunakan weir (bendungan) dilengakpi dengan Vernier Height Gauge
(pengukur perubahan ketinggian ) yang mempunyai suatu scale line (garis
pembacaan). Mula – mula posisi ujung Vernier Height Gauge tepat diatas
permukaan aliran fluida dan scale line – nya menunjukkan angka nol. Ketika
aliran suatu fluida melalui weir mengalami peningkatan laju, maka ketinggian
dari fluida tersebut meningkat. Ketinggian dari fluida akan terbaca pada
Vernier Height Gauge sehingga laju alir dari suatu fluida sebanding dengna
ketinggian dari Vernier Height Gauge dengan beberapa faktor pembanding seperti
kemiringan bukaan weir dan panjang puncak weir.
Tipe aliran
Tipe aliran pada saluran terbuka adalah:
1) Aliran mantap (steady flow)
·
Perubahan
volume terhadap waktu
·
Perubahan
kedalaman terhadap waktu
·
Perubahan
kecepatan terhadap waktu
2)
Aliran
merata (uniform flow)
·
Besar
dan arah kecepatan tetap terhadap jarak
·
Aliran
pada pipa dengan penampang sama
·
Variabel
fluida lain juga tetap
3)
Aliran
tidak merata (un uniform flow)
·
Aliran
pada pipa dengan penampang tidak merata
·
Pengaruh
pembendunga fluida lain juga tidak tetap
·
Hidraulic
jump
Pada umumnya
perhitungan pada saluran terbuka hanya digunakan pada aliran tetap dan debit air Q
adalah
Q = A.V
Dimana :
A adalah luas
penampang melintang saluran (m2)
V adalah
kecepatan rat- rata aliran (m/s)
Dan debit
disepanjang saluran dianggap sama dengan kata lain aliran bersifat kontinyu:
Q = A1.V1 = A2.V2
Besarnya aliran dapat
ditentukan melalui rumus :
q = 3.33 b.Z 1.5 .................(3)
Dimana :
q =
volumetric flow rate liquida, ft3/det.
b = tinggi
weir, ft
Z = tinggi permukaan liquida di atas weir, ft
Persamaan (3) biasanya digunakan untuk
menara-menara yang besar, sedangkan untuk menara-menara yang kecil persamaannya
sebagai berikut :
q = 3. b.Z 1.4 ....................(4)
Rumus – rumus bendungan teoritis
Untuk bendungan segiempat,yaitu:
dimana Q
= aliran dalam m3/s
c
= koefisien (ditentukan dalam percobaan)
b
= panjang puncak bendungan dalam meter
H = head pada bendungan daalam
meter (tinggi permukaan cairan diatas puncak)
V
= kecepatan pendekatan rata-rata dalam m/s
Untuk bendungan segitiga, yaitu:
Untuk
bendungan trapesium, yaitu:
Q = 1,875bH3/2
Contoh soal :
1. Selama suatu pengujian atas sebuah
bendungan tertahan 2,44 m yang tingginya 914 mm headnya dipertahankan tetap
pada 305 mm. Dalam 38 detik
dikumpulkan air sebanyak28,73 m3 . Cariolah factor bendungan m!
Jawab :
Laju alir Q= 28,73/38 =
0,756 m3/s
V = Q/A = 0,756/(2,44x
1,219) = 0,254 m/s.
Sehingga V2/2g
= (0,254)3/2
Q = mb[(H + V2/2g)
3/2 – (V2/2g) 3/2]
0,756 = m x
2,44[(0,305 + 0,0033) 3/2 -(0,0033) 3/2]
m = 1,1811 (ketelitian
slide rule)
atau
Q = 0,756 = mbH3/2 =
m x 2,44 x (0,305) 3/2
m = 1,839 (kira-kira 1,5%
lebih tinggi dengna mengabaikan suku-suku kecepatan pendekatan)
2.
Tentukanlah aliran di atas sebuah bendungan tertahan yang panjangnya 3,05 m dan tingginya 1,22 m di bawah head sebesar
915 mm. Harga m adalah 1,90
Jawab :
Karena suku head (tinggi
tekan) kecepatannya tidak dapat dihitung, sebuah aliran pendekatan adalah
Q = mbH3/2 = 1,90(3,05)(0,915) 3/2 = 5,072 m3/s
Untuk aliran ini, .
Referensi :
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Mekanika Fluida Teknik Kimia.1988.PEDC Bandung
V. Giles, Ranald.1993. Mekanika
Fluida dan Hidraulika Edisi Kedua.Jakarta: Erlangga
Makasih bang, :)
ReplyDeleteHidup Mahasiswa :D
sama-sama...
DeleteHidup Mahasiswa :D
Bang yang contoh soal dan pembahasan rotameter kagak ada ya :(
ReplyDeleteterinmakasih....Hidup mahasiswa Indonesia... Merdeka...
ReplyDeleteterimakasih Gan..salam konservasi !!!
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletePenurunan rumus rotameter kurang jelas gan hehe...
ReplyDeleteRr ini apa? Nilai R korelasi data kah?
Viskositas bgmn bs pindah ke lajur kiri menjadi pembagi di substitusi persamaan?
X dan Y sama2 fungsi atau bagaimana?