Batubara
Batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang lebih
dari 50% -70% berat volumenya merupakan bahan organik yang merupakan material
karbonan termasuk inherent moisture. Bahan organik utamanya yaitu tumbuhan yang
dapat berupa jejak kulit pohon, daun, akar, struktur kayu, spora, polen, damar,
dan lain-lain. Selanjutnya bahan organik tersebut mengalami berbagai tingkat
pembusukan (dekomposisi) sehingga menyebabkan perubahan sifat-sifat fisik
maupun kimia baik sebelum ataupun sesudah tertutup oleh endapan lainnya.
Batubara merupakan sedimen organik, lebih tepatnya
merupakan batuan organik, terdiri dari kandungan bermacam-macam pseudomineral.
Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan yang membusuk dan terkumpul dalam suatu
daerah dengan kondisi banyak air, biasa disebut rawa-rawa. Kondisi tersebut
yang menghambat penguraian menyeluruh dari sisa-sisa tumbuhan yang kemudian
mengalami proses perubahan menjadi batubara.
Selain tumbuhan yang ditemukan bermacam-macam, tingkat
kematangan juga bervariasi, karena dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lokal.
Kondisi lokal ini biasanya kandungan oksigen, tingkat keasaman, dan kehadiran
mikroba. Pada umumnya sisa-sisa tanaman tersebut dapat berupa pepohonan,
ganggang, lumut, bunga, serta tumbuhan yang biasa hidup di rawa-rawa.
Ditemukannya jenis flora yang terdapat pada sebuah lapisan batubara tergantung
pada kondisi iklim setempat. Dalam suatu cebakan yang sama, sifat-sifat
analitik yang ditemukan dapat berbeda, selain karena tumbuhan asalnya yang
mungkin berbeda, juga karena banyaknya reaksi kimia yang mempengaruhi
kematangan suatu batubara.
Secara umum, setelah sisa tanaman tersebut terkumpul dalam suatu kondisi tertentu yang mendukung (banyak air), pembentukan dari peat (gambut) umumnya terjadi. Dalam hal ini peat tidak dimasukkan sebagai golongan batubara, namun terbentuknya peat merupakan tahap awal dari terbentuknya batubara. Proses pembentukan batubara sendiri secara singkat dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dari sisa-sisa tumbuhan yang ada, mulai dari pembentukan peat (peatifikasi) kemudian lignit dan menjadi berbagai macam tingkat batubara, disebut juga sebagai proses coalifikasi, yang kemudian berubah menjadi antrasit. Pembentukan batubara ini sangat menentukan kualitas batubara, dimana proses yang berlangsung selain melibatkan metamorfosis dari sisa tumbuhan, juga tergantung pada keadaan pada waktu geologi tersebut dan kondisi lokal seperti iklim dan tekanan. Jadi pembentukan batubara berlangsung dengan penimbunan akumulasi dari sisa tumbuhan yang mengakibatkan perubahan seperti pengayaan unsur karbon, alterasi, pengurangan kandungan air, dalam tahap awal pengaruh dari mikroorganisme juga memegang peranan yang sangat penting.
Secara umum, setelah sisa tanaman tersebut terkumpul dalam suatu kondisi tertentu yang mendukung (banyak air), pembentukan dari peat (gambut) umumnya terjadi. Dalam hal ini peat tidak dimasukkan sebagai golongan batubara, namun terbentuknya peat merupakan tahap awal dari terbentuknya batubara. Proses pembentukan batubara sendiri secara singkat dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dari sisa-sisa tumbuhan yang ada, mulai dari pembentukan peat (peatifikasi) kemudian lignit dan menjadi berbagai macam tingkat batubara, disebut juga sebagai proses coalifikasi, yang kemudian berubah menjadi antrasit. Pembentukan batubara ini sangat menentukan kualitas batubara, dimana proses yang berlangsung selain melibatkan metamorfosis dari sisa tumbuhan, juga tergantung pada keadaan pada waktu geologi tersebut dan kondisi lokal seperti iklim dan tekanan. Jadi pembentukan batubara berlangsung dengan penimbunan akumulasi dari sisa tumbuhan yang mengakibatkan perubahan seperti pengayaan unsur karbon, alterasi, pengurangan kandungan air, dalam tahap awal pengaruh dari mikroorganisme juga memegang peranan yang sangat penting.
Sejarah
Batubara
Beberapa ahli sejarah yakin bahwa
batubara pertama kali digunakan secara komersial di Cina. Ada laporan yang
menyatakan bahwa suatu tambang di timur laut Cina menyediakan batu bara untuk
mencairkan tembaga dan untuk mencetak uang logam sekitar tahun 1000 SM.
Bahkan petunjuk paling awal tentang batubara ternyata berasal dari filsuf
dan ilmuwan Yunani yaitu Aristoteles, yang menyebutkan adanya arang
seperti batu. Abu batu bara yang ditemukan di reruntuhan bangunan bangsa
Romawi di Inggris juga menunjukkan bahwa batubara telah digunakan oleh
bangsa Romawi pada tahun 400 SM.
Catatan sejarah dari Abad
Pertengahan memberikan bukti pertama penambangan batu bara di Eropa, bahkan
suatu perdagangan internasional batu bara laut dari lapisan batu bara
yang tersingkap di pantai Inggris dikumpulkan dan diekspor ke Belgia. Selama
Revolusi Industri pada abad 18 dan 19, kebutuhan akan batubara amat
mendesak. Penemuan revolusional mesin uap oleh James Watt, yang dipatenkan
pada tahun 1769, sangat berperan dalam pertumbuhan penggunaan batu
bara. Oleh karena itu, riwayat penambangan dan penggunaan batu bara tidak
dapat dilepaskan dari sejarah Revolusi Industri, terutama terkait dengan
produksi besi dan baja, transportasi kereta api dan kapal uap.
Namun tingkat penggunaan batubara
sebagai sumber energi primer mulai berkurang seiring dengan semakin
meningkatnya pemakaian minyak. Dan akhirnya, sejak tahun 1960 minyak
menempati posisi paling atas sebagai sumber energi primer menggantikan
batubara. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa batubara akhirnya tidak
berperan sama sekali sebagai salah satu sumber energi primer.
Krisis minyak pada tahun 1973
menyadarkan banyak pihak bahwa ketergantungan yang berlebihan pada salah satu
sumber energi primer, dalam hal ini minyak, akan menyulitkan upaya pemenuhan
pasokan energi yang kontinyu. Selain itu, labilnya kondisi keamanan di Timur
Tengah yang merupakan produsen minyak terbesar juga sangat berpengaruh
pada fluktuasi harga maupun stabilitas pasokan. Keadaan inilah yang kemudian
mengembalikan pamor batubara sebagai alternatif sumber energi primer, disamping
faktor faktor berikut ini:
- Cadangan batubara sangat banyak dan tersebar luas.
Diperkirakan
terdapat lebih dari 984 milyar ton cadangan batubara terbukti (proven coal
reserves) di seluruh dunia yang tersebar di lebih dari 70 negara. Dengan asumsi
tingkat produksi pada tahun 2004 yaitu sekitar 4.63 milyar ton per tahun untuk
produksi batubara keras (hard coal) dan 879 juta ton per tahun untuk batubara
muda (brown coal), maka cadangan batubara diperkirakan dapat bertahan hingga
164 tahun. Sebaliknya, dengan tingkat produksi pada saat ini, minyak
diperkirakan akan habis dalam waktu 41 tahun, sedangkan gas adalah 67 tahun.
Disamping itu, sebaran cadangannya pun terbatas, dimana 68% cadangan minyak dan
67% cadangan gas dunia terkonsentrasi di Timur Tengah dan Rusia.
2.
Negara-negara maju dan negara-negara
berkembang terkemuka memiliki banyak cadangan batubara.
Berdasarkan
data dari BP Statistical Review of Energy 2004, pada tahun 2003, 8
besar negara negara dengan cadangan batubara terbanyak adalah Amerika Serikat,
Rusia, China, India, Australia, Jerman, Afrika Selatan, dan
Ukraina.
Ukraina.
- Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan yang stabil.
- Harga batubara yang murah dibandingkan dengan minyak dan gas.
- Batubara aman untuk ditransportasikan dan disimpan.
- Batubara dapat ditumpuk di sekitar tambang, pembangkit listrik, atau lokasi sementara.
- Teknologi pembangkit listrik tenaga uap batubara sudah teruji dan handal.
- Kualitas batubara tidak banyak terpengaruh oleh cuaca maupun hujan.
- Pengaruh pemanfaatan batubara terhadap perubahan lingkungan sudah dipahami dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih (clean coal technology) dapat dikembangkan dan diaplikasikan.
Sejarah dan Pembentukan Batu Bara di Indonesia
Pada tahun 400 SM filsuf dan ilmuwan Yunani yaitu Aristoteles telah menemukan abu batu bara di reruntuhan bangunan bangsa Romawi di Inggris. Akan tetapi, batu bara sebagai salah satu sumber energi primer pertama kali digunakan secara komersial di Cina pada tahun 1000 SM. Pada saat itu, suatu tambang di timur laut Cina menyediakan batu bara untuk mencairkan tembaga dan untuk mencetak uang logam. Raharjo, 2006a).
Di Indonesia sendiri, pertambangan batu bara dimulai pada tahun 1849 di Pengaran, Kalimantan Timur. Kegiatan pertambangan secara besar-besaran di Pulau Sumatera dimulai pada tahun 1880 di lapangan Sungai Durian – Sumatera Barat. Walaupun usaha ini mengalami kegagalan, penyelidikan tetap dilakukan, yaitu sekitar tahun 1868 – 1873 dan kemudian dibukalah tambang batu bara Ombilin pada tahun 1862. sedangkan di Sumatrea Selatan, penyelidikan batu bara dilakukan pada tahun 1915 – 1918 yang kemudian menghasilkan pembukaan tambang batu bara Bukit Asam pada tahun 1919 (Sukandarrumidi, 1995).
Tahap
pembentukan batu bara
Proses
pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan)
dan tahap geokimia (pembatubaraan).
1. Tahap
penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang
terakumulasi tersimpan dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem
pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 – 10 meter.
Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa
CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan
fungi diubah menjadi gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992).
2. Tahap
pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia, dan
fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya,
temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut (Stach,
1982, op cit Susilawati 1992). Pada tahap ini prosentase karbon akan meningkat,
sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang (Fischer, 1927, op cit
Susilawati 1992). Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat
kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga
meta antrasit.
Komposisi
batubara hampir sama dengan komposisi kimia jaringan tumbuhan, keduanya
mengandung unsur utama yang terdiri dari unsur C, H, O, N, S, P. Hal ini dapat
dipahami, karena batubara terbentuk dari jaringan tumbuhan yang telah mengalami
coalification. Pada dasarnya pembentukkan batubara sama dengan cara
manusia membuat arang dari kayu, perbedaannya, arang kayu dapat dibuat sebagai
hasil rekayasa dan inovasi manusia, selama jangka waktu yang pendek, sedang
batubara terbentuk oleh proses alam, selama jangka waktu ratusan hingga ribuan
tahun. Karena batubara terbentuk oleh proses alam, maka banyak parameter yang
berpengaruh pada pembentukan batubara. Makin tinggi intensitas parameter yang
berpengaruh makin tinggi mutu batubara yang terbentuk.
Teori Pembentukan
Batubara
Ada dua
teori yang menjelaskan terbentuknya batubara, yaitu
teori insitu dan teori drift. Teori insitu menjelaskan,
tempat dimana batubara terbentuk sama dengan tempat terjadinya coalification
dan sama pula dengan tempat dmana tumbuhan tersebut berkembang.
Teori drift
menjelaskan, bahwa endapan batubara yang terdapat pada cekungan sedimen berasal
dari tempat lain. Bahan pembentuk batubara mengalami proses transportasi,
sortasi dan terakumulasi pada suatu cekungan sedimen. Perbedaan kualitas
batubara dapat diketahui melalui stratigrafi lapisan. Hal ini mudah dimengerti
karena selama terjadi proses transportasi yang berkaitan dengan kekuatan air,
air yang besar akan menghanyutkan pohon yang besar, sedangkan saat arus air
mengecil akan menghanyutkan bagian pohon yang lebih kecil (ranting dan daun).
Penyebaran batubara dengan teori drift memungkinkan, tergantung dari
luasnya cekungan sendimentasi.
Pada proses
pembentukan batubara atau coalification terjadi proses kimia dan fisika,
yang kemudian akan mengubah bahan dasar dari batubara yaitu selulosa menjadi
lignit, subbitumina, bitumina atau antrasit. Reaksi pembentukkannya dapat
diperlihatkan sebagai berikut:
5(C6H10O5)
→ C20H22O4
+ 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
Selulosa lignit gas metan
Dalam proses
pembentukkan selulosa sebagai senyawa organik yang merupakan senyawa pembentuk
batubara, semakin banyak unsur C pada batubara, maka semakin baik kualitasnya,
sebaliknya semakin banyak unsur H, maka semakin rendah kualitasnya, dan senyawa
kimia yang terbentuk adalah gas metan, semakin besar kandungan gas metan, maka
semakin baik kualitasnya.
Penyusun Batubara
Konsep bahwa
batubara berasal dari sisa tumbuhan diperkuat dengan ditemukannya cetakan tumbuhan
di dalam lapisan batubara. Dalam penyusunannya batubara diperkaya dengan
berbagai macam polimer organik yang berasal dari antara lain karbohidrat,
lignin, dll. Namun komposisi dari polimer-polimer ini bervariasi tergantung
pada spesies dari tumbuhan penyusunnya.
Lignin
Lignin merupakan suatu unsur yang memegang peranan penting dalam merubah susunan sisa tumbuhan menjadi batubara. Sementara ini susunan molekul umum dari lignin belum diketahui dengan pasti, namun susunannya dapat diketahui dari lignin yang terdapat pada berbagai macam jenis tanaman. Sebagai contoh lignin yang terdapat pada rumput mempunyai susunan p-koumaril alkohol yang kompleks. Pada umumnya lignin merupakan polimer dari satu atau beberapa jenis alkohol.
Hingga saat ini, sangat sedikit bukti kuat yang mendukung teori bahwa lignin merupakan unsur organik utama yang menyusun batubara.
Lignin merupakan suatu unsur yang memegang peranan penting dalam merubah susunan sisa tumbuhan menjadi batubara. Sementara ini susunan molekul umum dari lignin belum diketahui dengan pasti, namun susunannya dapat diketahui dari lignin yang terdapat pada berbagai macam jenis tanaman. Sebagai contoh lignin yang terdapat pada rumput mempunyai susunan p-koumaril alkohol yang kompleks. Pada umumnya lignin merupakan polimer dari satu atau beberapa jenis alkohol.
Hingga saat ini, sangat sedikit bukti kuat yang mendukung teori bahwa lignin merupakan unsur organik utama yang menyusun batubara.
Karbohidrat
Gula atau monosakarida merupakan alkohol polihirik yang mengandung antara lima sampai delapan atom karbon. Pada umumnya gula muncul sebagai kombinasi antara gugus karbonil dengan hidroksil yang membentuk siklus hemiketal. Bentuk lainnya mucul sebagai disakarida, trisakarida, ataupun polisakarida. Jenis polisakarida inilah yang umumnya menyusun batubara, karena dalam tumbuhan jenis inilah yang paling banyak mengandung polisakarida (khususnya selulosa) yang kemudian terurai dan membentuk batubara.
Gula atau monosakarida merupakan alkohol polihirik yang mengandung antara lima sampai delapan atom karbon. Pada umumnya gula muncul sebagai kombinasi antara gugus karbonil dengan hidroksil yang membentuk siklus hemiketal. Bentuk lainnya mucul sebagai disakarida, trisakarida, ataupun polisakarida. Jenis polisakarida inilah yang umumnya menyusun batubara, karena dalam tumbuhan jenis inilah yang paling banyak mengandung polisakarida (khususnya selulosa) yang kemudian terurai dan membentuk batubara.
Protein
Protein merupakan bahan organik yang mengandung nitrogen yang selalu hadir sebagai protoplasma dalam sel mahluk hidup. Struktur dari protein pada umumnya adalah rantai asam amino yang dihubungkan oleh rantai amida. Protein pada tumbuhan umunya muncul sebagai steroid, lilin.
Protein merupakan bahan organik yang mengandung nitrogen yang selalu hadir sebagai protoplasma dalam sel mahluk hidup. Struktur dari protein pada umumnya adalah rantai asam amino yang dihubungkan oleh rantai amida. Protein pada tumbuhan umunya muncul sebagai steroid, lilin.
Material
Organik Lain
Resin
Resin
merupakan material yang muncul apabila tumbuhan mengalami luka pada batangnya.
Tanin
Tanin umumnya banyak ditemukan pada tumbuhan, khususnya pada bagian batangnya.
Alkaloida
Alkaloida merupakan komponen organik penting terakhir yang menyusun batubara. Alkaloida sendiri terdiri dari molekul nitrogen dasar yang muncul dalam bentuk rantai.
Porphirin
Porphirin merupakan komponen nitrogen yang berdasar atas sistem pyrrole. Porphirin biasanya terdiri atas suatu struktur siklik yang terdiri atas empat cincin pyrolle yang tergabung dengan jembatan methin. Kandungan unsur porphirin dalam batubara ini telah diajukan sebagai marker yang sangat penting untuk mendeterminasi perkembangan dari proses coalifikasi.
Tanin
Tanin umumnya banyak ditemukan pada tumbuhan, khususnya pada bagian batangnya.
Alkaloida
Alkaloida merupakan komponen organik penting terakhir yang menyusun batubara. Alkaloida sendiri terdiri dari molekul nitrogen dasar yang muncul dalam bentuk rantai.
Porphirin
Porphirin merupakan komponen nitrogen yang berdasar atas sistem pyrrole. Porphirin biasanya terdiri atas suatu struktur siklik yang terdiri atas empat cincin pyrolle yang tergabung dengan jembatan methin. Kandungan unsur porphirin dalam batubara ini telah diajukan sebagai marker yang sangat penting untuk mendeterminasi perkembangan dari proses coalifikasi.
Hidrokarbon
Unsur ini terdiri atas bisiklik alkali, hidrokarbon terpentin, dan pigmen kartenoid. Sebagai tambahan, munculnya turunan picene yang mirip dengan sistem aromatik polinuklir dalam ekstrak batubara dijadikan tanda inklusi material sterane-type dalam pembentukan batubara. Ini menandakan bahwa struktur rangka tetap utuh selama proses pematangan, dan tidak adanya perubahan serta penambahan struktur rangka yang baru.
Unsur ini terdiri atas bisiklik alkali, hidrokarbon terpentin, dan pigmen kartenoid. Sebagai tambahan, munculnya turunan picene yang mirip dengan sistem aromatik polinuklir dalam ekstrak batubara dijadikan tanda inklusi material sterane-type dalam pembentukan batubara. Ini menandakan bahwa struktur rangka tetap utuh selama proses pematangan, dan tidak adanya perubahan serta penambahan struktur rangka yang baru.
Konstituen
Tumbuhan yang Inorganik (Mineral)
Selain
material organik yang telah dibahas diatas, juga ditemukan adanya material
inorganik yang menyusun batubara. Secara umum mineral ini dapat dibagi menjadi
dua jenis, yaitu unsur mineral inheren dan unsur mineral eksternal. Unsur
mineral inheren adalah material inorganik yang berasal dari tumbuhan yang
menyusun bahan organik yang terdapat dalam lapisan batubara. Sedangkan unsur
mineral eksternal merupakan unsur yang dibawa dari luar kedalam lapisan
batubara, pada umumya jenis inilah yang menyusun bagian inorganik dalam sebuah
lapisan batubara.
Referensi :
http://alfatakh.blogspot.com/
http://anafio.multiply.com/reviews/item/2
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete