Fluidisasi
merupakan salah satu cara untuk mengontakkan butiran padat dengan fluida.
Apabila kecepatan fluida relative rendah, unggun tetap diam karena fluida hanya
mengalir melalui ruang antar partikel tanpa menyebabkan terjadinya perubahan
susunan partikel tersebut ( pada unggun diam, gambar II.1.a ). Apabila kecepatan fluida
dinaikkan sedikit demi sedikit, pada saat tertentu penurunan tekanan akan sama
dengan gaya berat yang bekerja terhadap butiran-butiran padat sehingga unggun
mulai bergerak. Ini terjadi pada titik A ( gambar II.2 ). Unggun mengembang, pororsitas
bertambah, tetapi butiran-butiran masih saling kontak satu sama lain.
Selanjutnya penurunan tekanan tidak securam pada OA. Sampai titik B
butiran-butiran masih saling kontak tetapi telah berada dalam keadaan saling
lepas.
Gambar II.1 Unggun diam (a),
unggun mendidih atau terfluidisasi paton (b) dan unggun terfluidakan kontinyu /
berkesinambungan (c)
Gambar II.2 Penurunan
tekanan dalam unggun padatan
1. Unggun diam
2. Daerah peraliran / intermediate
3. Fluidisasi batch
4. Fluidisasi kontinyu
Peningkatan kecepatan selanjutnya akan menyebabkan butiran-butiran
terpisah lepas satu sama lain sehingga bias bergerak dengan lebih mudah (
unggun tersuspensi dalam aliran fluida yang melewatiya ) dan mulailah unggun
terfluidakan ( titik F ). Butiran-butiran bergerak terus kearah sembarang
tetapi masih dalam batas tinggi tertentu ( gambar II.1.b ). Isi tabung menyerupai cairan
mendidih dan diberi istilah “unggun mendidih”. Setelah mencapai ketinggian
tertentu, butiran-butiran akan jatuh kembali. Hanya partikel paling halus
terbawa aliran fluida ( entrainment tidak berarti ) ini disebut fluidisasi
batch. Mulai dari titik F, penurunan tekanan terhadap kecepatan lebih kecil
dibandingkan dengan penurunan tekanan pada unggun diam.
Pada kondisi butiran yang mobil ini. Sifat unggun akan menyerupai sifat
suatu cairan dengan viskositas tinggi, misalnya ada kecendrungan untuk
mengalir, mempunyai sifat dan
sebagainya (gambar II.3 ).
Gambar
II.3 Sifat menyerupai
cairan dari unggun terfluidisasi
Atas dasar
sifat-sifat diatas, maka unggun ini kemudian disebut unggun terfluidakan atau
fluidized bed.
- Dalam
system padat-cair, kenaikan kecepatan air sampai diatas fluidisasi minimum akan
menyebabkan pengembangan unggun yang halus dan progresif (terus menerus). Dalam
hal ini ketidak stabilan aliran keseluruhan relative kecil dan tidak terjadi
pembentukkan gelembung yang cukup besar. Unggun yang berkelakuan seperti ini
sering disebut unggun fluidisasi cair (liquid fluidized bed) atau unggun
fluidisasi homogeny.
- System
padat-gas berkelakuan sangat berbeda. Pada kenaikan laju alir gas dibawah
fluidisasi minimum sudah terjadi pembentukan gelembung dan saluran (chanelling)
gas, dan gerakkan padatan menjadi lebih tidak beraturan. System seperti ini
disebut unggun fluidisasi agregatif atau unggun fluidisasi gas.
Kedua macam fluidisasi tersebut dapat digolongkan kedalam fluidisasi fase
padat (ketinggian unggun masih berada pada batas tertentu).
Pada laju alir fluida yang sanga tinggi (melebihi P), kecepatan akhir (ut)
menjadi sangat besar, sehingga batas atas unggun akan hilang (total
entrainment/butiran padatan terbawa aliran fluida), porositas mendekati 1.
Keadaan ini disebut fluidisasi berkesinambungan (gambar 1.1.c) yang merupakan
aliran 2 fase.
Penggunaan operasi fluidisasi didalam
industry
1. Proses fisika : transprtasi, penukar panas, pengeringan, pencampuran serbuk
halus, pelapisan bahan plastik pada permukaan logam, pengecilan/pembesaran
partikel dan adsorpso.
2. Proses kimia : oksidasi etilena,
pembuatan anhidrida ftalat, cracking hidrokarbon dan lain-lain.
Di dalam pemakaiannya, unggun terfluidakan mempunyai beberapa
keuntungan dibandingkan dengan unggun diam, antara lain :
1. Sifat unggun yang menyerupai fluida
memungkinkan adanya aliran zat padat secara kontinu
2. Kecepatan pencampuran padatan yang
tinggi menyebabkan reactor selalu berada pada kecepatan isothermal, sehingga memudahkan
pengendaliannya.
3. Perpindahan massa dan panas antara
fluida dan padatan lebih baik dibandingkan dengan unggun diam.
4. Perpindahan panas antara unggun
terfluidakan dengan media pemindah panas yang baik memungkinkan pemakaian alat
penukar panas yang mempunyai luas permukaan lebih kecil.
5. Memungkinkan operasi dalam skala
besar.
Beberapa
kerugian pemakaian unggun terfluidakan :
1. Selama operasi partikel-partikel
padat mengalami pengikisan sehingga karakteristik fluidisasi bias berubah dari
waktu ke waktu.
2. Butiran halus akan terbawa aliran
fluida sehingga mengakibatkan kehilangan sejumlah tertentu padatan.
3. Terjadinya erosi terhadap bejana dan
system pendingin oleh partikel padatan.
4. Terjadinya gelembung dan kekosongan
local didalam unggun seringkali tidak bisa dihindarkan. Peristiwa ini
mengakibatkan kontak antara fluida dengan padatan tidak merata sehingga
konversi reaksi menjadi kecil.
5. Pencampuran padatan yang terlau cepat
akan mengakibatkan ketidak seragaman waktu tinggal padatan didalam reactor.
Untuk proses kontinu, hasil yang didapatkan tidak seragam dan konversi rendah,
khususnya untuk tingkat konversi yang tinggi. Sedangkan untuk proses batch,
pencampuran ini menguntungkan karena diperoleh hasil yang seragam. Untuk reaksi
katalitik, gerakan partikel katalis berpoti yang menangkap dan membebaskan
molekul gas pereaksi secara kontinu akan menambah pencampuran ulang sehingga
menurunkan hasil.
II.2 Porositas Minimum
Sejak unggun mulai mengembang (gambar II.2, titik A), porositas bertambah
dengan bertambahnya kecepatan (lihat gambar II.4). Porositas naik secara liniear
dengan logaritma kecepatan.
Gambar II.1 : porositas unggun Vs log
kecepatan
1.
Daerah unggun statis
2.
Daerah peralihan
3.
Daerah fluidisasi batch
4.
Daerah fluidisasi kontinyu
Kecepatan pada waktu
mulainya fluidisasi disebut kecepatan kritis dan porositas unggun pada saat itu
disebut porositas minimum untuk fluidisasi, ∑Mf
Porositas minimum bergantung pada ukuran dan bentuk butiran. Biasanya ∑Mf
akan semakin kecil seiring dengancsemakin besarnya butiran. Harga-harga
porositas minimum untuk berbagai bahan dapat diketahui dari
percobaan-percobaan, karena tidak ada data untuk satu jenis bahan, ∑Mf dapat
diperkirakan dengan rumus empiris berikut (untuk Dp 50 s/d
500 mikron)
∑Mf = 1-0,356 {log Dp – 1} .......... (II.2.a)
Dp = diameter
butiran (mikron)
Berikut adalah tabel porositas pada
kondisi fluidisasi minimum :
Particles
|
Size
(mm)
|
||||||
0.02
|
0.05
|
0.07
|
0.10
|
0.20
|
0.30
|
0.40
|
|
Sharp
sand, øs = 0.67
Round
sand, øs = 0.86
Mixed
round sand
Coal
and glass powder
Anthracite
coal, øs = 0.63
Absorption
carbon
Fischer-Tropsch
catalyst, øs = 0.58
Carborundum
|
-
-
-
0.72
-
0.74
-
-
|
0.60
0.56
-
0.67
0.62
0.72
-
0.61
|
0.59
0.52
0.42
0.64
0.61
0.71
-
0.59
|
0.58
0.48
0.42
0.62
0.60
0.69
0.58
0.56
|
0.54
0.44
0.41
0.57
0.56
-
0.56
0.48
|
0.50
0.42
-
0.56
0.53
-
0.55
-
|
0.49
-
-
-
0.51
-
-
-
|
Tabel
II.3 Porositas pada kondisi fluidisasi
minimum
II.4 Tinggi Unggun
Apabila
kecepatan fluida makin besar, unggun akan makin mengembang, porositas bertambah
dan volume unggun bertambah. Bila penampang tabung tetap, maka porositas
merupakan fungsi dari tinggi unggun L.
Bila L0
adalah tinggi unggun bila porositas nol (berarti unggun berupa gumpalan zat
padat tidak berpori). Maka :
Biasanya porositas salah satu
diketahui (porositas unggun diam atau porositas minimum). Apabila tinggi yang
bersangkutan diketahui, maka tinggi untuk porositas yang lain dapat dihitung.
ε1
dan ε2 adalah porosity untuk tinggi L1 dan L2
II.5 Kecepatan fluidisasi minimum
Fluidisasi akan terjadi apabila :
gaya
tekan ke atas oleh gas = berat partikel............................................... (II.5.a)
(DP) (A)
= (A . LMf)
(1 - eMf) [(rp
- r) g/gc].................................................... (II.5.b)
atau
DP/LMf = (1 - eMf) [(rp
- r) g/gc].................................................................... (II.5 c)
LMf : tinggi
unggun pada fluidisasi minimum
A : luas penampang
rp : rapat massa
partikel
r : rapat massa
fluida
Kecepatan superfisial pada kondisi
fluidisasi minimum umf, diperoleh dengan mengkombinasikan persamaan II.5 c dan II.5 d.
(II.5 d)
Untuk Re < 20 :
UMf =
.............................................................. (II.5 e)
Untuk Re > 1000 :
UMf2 =
............................................................................ (II.5 f)
Bila
εMf dan/atau øs
tak diketahui, dapat digunakan :
Dari
persamaan 8.9 dan 8.6, didapatkan :
Untuk
Re < 20 :
…………….. (II.5 i)
Untuk
Re > 1000 :
…………………. (II.5 j)
II.3 Penurunan tekanan di dalam unggun
terfluidisasi
Gambar berikut (II.3) menggambarkan penurunan tekanan yang
terjadi pada unggun yang terdiri atas partikel padatan berukuran seragam. Pada
laju alir fluida yang rendah (unggun diam), penurunan tekanan hampir sebanding
dengan laju alir gas, biasanya setelah mencapai harga maksimum (∆PMAKS)
akan sedikit lebih besar daripada head statis dari unggun. Dengan semakin
bertambahnya laju alir fluida, porositas unggun akan semakin besar (dari εM à εMf) sehingga penurunan tekanan
akan lebih kecil.
Pada kecepatan
fluidisasi minimum, unggun mengembang sehingga gelembung-gelembung gas didalam
unggun tidak homogen. Pada keadaan ini penurunan tekanan praktis tidak berubah.
Gambar II.3 a Penurunan tekanan vs kecepatan fluida pada
unggun dengan partikel berukuran seragam
Diagram penurunan
tekanan vs kecepatan fluida sangat berguna untuk mengidentifikasi kualitas
fluidisasi, khususnya bila pengamatan visual tidak mungkin dilakukan. Jadi,
suatu unggun fluidisasi yang ideal akan berkelakuan seperti gambar II.3 di atas. Sedangkan unggun
fluidisasi yang menyimpang dari kondisi ideal (misalnya terjadi
penorakan/slugging atau chanelling) akan berkelakuan seperti gambar II.3 b
Gambar
II.3 b Penurunan tekanan vs kecepatan fluida pada
unggun fluidisasi yang tidak ideal
Untuk
unggun dengan distribusi ukuran partikel yang halus (beda ukuran partikel tidak
terlalu besar) kelakuan fluidisasi hampir menyerupai unggun dengan ukuran
partikel seragam dengan diameter rata-rata Dp.
Pada unggun dengan distribusi ukuran
partikel yang kasar (beda ukuran sangat mencolok), kemungkinan terjadi partikel
berukuran halus terfluidisasi didalam rongga antar butiran besar, sementara
butiran besar tersebut tidak tersuspensi (apabila ratio diameter partikel
>5).
Untuk
menghindari terjadinya entrainment (partikel padatan terbawa aliran fluida,
operasi harus dipertahankan pada laju alir fluida antara uMf dan ut. Perhitungan uMf harus didasarkan pada diameter partikel
rata-rata, sedang ut didasarkan pada ukuran partikel terkecil yang
terdapat didalam unggun. Ratio
antara ut : uMf berkisar
antara 10 : 1 dan 90 : 1
Contoh Soal :
Tentukan kecepatan superfisial gas,
bila diinginkan unggun terfluidisasi tanpa terjadi entrinment, berat unggun 360
g. Distribusi ukuran partikel :
berat
kumulatif dari sampel unggun (g)
|
|
||
0
60
150
270
330
360
|
50
75
100
125
150
175
|
Udara masuk ke kolom pada p atm dan
meninggalkan kolom pada 20oC, 1 atm. Sifat udara pada kondisi keluar
dari kolom :
m = 0,0178 cpoise
r = 0,00124 g/cm3
Penyelesaian :
-
Perhitungan
diameter rata-rata, Dp :
range diameter m
|
dpi
(m)
|
fraksi berat
dlm interval
(xi)
|
x/dp
|
50 – 75
75 – 100
100 – 125
125 – 150
150 – 175
|
62,5
87,5
112,5
137,5
162,5
|
(60-0)
/ 360 = 0,167
(150-60)/360 = 0,250
0,333
0,167
0,083
|
0,167/62,5 = 0,002668
0,250/87,5 = 0,002858
0,002962
0,001212
0,000513
total x/dp = 0,010213
|
Dp =
= 98 m = 0,0098 cm
-
Kecepatan
superfisial minium (uMf) terjadi pada dasar kolom, dimana tekanan
adalah tertinggi.
Dengan Dp = 98 m kita boleh menganggap bahwa unggun
terdiri atas partikel-partikel kecil (dengan NRf < 20) :
UMf =
.................................................... (pers. 8.7)
=
; rp – r
dianggap = 1
= 0,3759 cm/s
Cek harga Rep
Rep =
= 0,025 p
Apabila operasi dilakukan pada
tekanan < 200 atm, maka anggapan Rep < 20 masih dapat
diterima.
Catatan :
Perhitungan rapat massa gas pada
dasar menara (tekanan = p atm)
Operasi berlangsung secara isotermal
(20oC), maka :
P1 . V1 = P2
. V2
P1/r1 = P2/r2
r2 =
r2 =
= 0,001204 p
g/cm3
P1 = 1 atm
P2 = p atm
r1 = 0,001204 g/cm3
-
Kecepatan
superfisial maksimum terjadi pada puncak menara, dimana tekanan adalah minimum.
Karena diinginkan tidak ada entrainment, maka kecepatan udara di puncak menara
haruslah < ut. Penentuan ut didasarkan pada diameter
partikel yang terkecil, yaitu 50 m.
Sekali lagi, untuk partikel yang kecil, dianggap Rep < 0,4 (lihat
bab 5).
ut =
=
= 7,647 cm/s
Cek harga Rep :
Rep =
= 0,029 (<0,4)
Jadi operasi harus dijaga pada laju
alir (udara) antara 0,3759 – 7,647 cm/s
Referensi:
Mc. Cabe and Smith (1982), ‘Unit
Operations of Chemical Engineering’, Singapore.
PEDC, ‘Mekanika
Fluida’.Bandung.
Schaum, ‘
Mekanika Fluida & HIdraulika’, Edisi kedua.
Soetedjo (1986),
‘Fluid Flow’, Penerbit, Angkasa Bandung, Bandung,
No comments:
Post a Comment