Wednesday, 27 June 2012

Teknik Pengolahan Limbah Cair PKS


Teknik Pengolahan Limbah Cair PKS dengan Sistem Anaerobik Secara konvensional pengolahan limbah di pabrik kelapa sawit (PKS) dilakukan secara biologis dengan menggunakan sistem kolam, yaitu limbah cair diproses di dalam satu kolam anaerobik dan aerobik dengan memanfaatkan mikroba sebagai pe-rombak BOD dan menetralisir ke-asaman cairan limbah. Hal ini di-lakukan karena pengolahan limbah dengan menggunakan teknik tersebut cukup sederhana dan dianggap murah. Namun demikian lahan yang diperlu-kan untuk pengolahan limbah sangat luas, yaitu sekitar 7 ha untuk PKS yang mempunyai kapasitas 30 ton TBS/jam. Kebutuhan lahan yang cukup luas pada teknik pengolahan limbah dengan menggunakan sistem kolam dapat mengurangi ketersediaan lahan untuk kebun kelapa sawit. Waktu retensi yang diperlukan untuk me-rombak bahan organik yang terdapat dalam limbah cair ialah 120 – 140 hari. Efisiensi perombakan limbah cair PKS dengan sistem kolam hanya sebesar 60 – 70 %. Disamping itu pengolahan limbah PKS dengan menggunakan sistem kolam sering mengalami pen-dangkalan sehingga masa retensi men-jadi lebih singkat dan baku mutu limbah tidak dapat tercapai. Oleh karena itu perlu dicari sistem pengolahan limbah yang lebih efisien dengan waktu retensi yang rendah dan efisiensi yang tinggi. Teknik pengolahan limbah PKS dengan sistem tangki anaerobik adalah salah satu sistem pengolahan limbah yang dilakukan secara anaerobik dengan kecepatan tinggi dan sangat efisien. Adapun prinsip kerja teknik peng-olahan limbah tersebut adalah degra-dasi bahan organik oleh bakteri secara anaerobik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan mengembang-kan teknologi pengolahan limbah cair menggunakan tangki dengan masa retensi relatif singkat. Metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini ialah sistem tangki biofilter kecepatan tinggi (Highrare Biofilter Tank). Air limbah yang berasal dari fat-pit dialirkan ke dalam tangki pengumpul dan se-lanjutnya dialirkan ke dalam tangki pengendapan dan tangki umpan (V tank) dengan kapasitas berturut-turut 600, 250, dan 250 liter. Limbah cair PKS dialirkan ke tangki digester I (TD I) dan selanjutnya ke tangki digester II (TD II) dengan menggunakan pompa sentrifugal yang dilengkapi dengan pengatur waktu. Kecepatan aliran diatur mulai dari 25, 50, dan 100 lt/hari. Dengan demikian waktu penahanan hidrolis (WPH) berturut-turut 20, 10, dan 5 hari. Resirkulasi limbah cair PKS dari TD I ke TD II dilakukan dengan pompa resirkulasi. Biogas yang di-hasilkan dari perombakan tersebut di-catat melalui alat pencatat gas ( Gas Counte I = GCI). Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa tidak ada perbeda-an nyata antara perlakuan WPH 20 hari dan WPH 10 hari.
Penggunaan WPH selama 10 hari akan terjadi pengurangan COD LPKS sebesar 80, 8 %. Jika dibanding-kan dengan sistem kolam anaerobic konvensional, sistem tank anaerobic dapat mengurangi waktu perubahan dari 50 hari menjadi 10 hari atau sebesar 80 %
Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit
Berbagai penelitian telah dilakukan menunjukkan bahwa Limbah kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan. Berikut akan dijelaskan manfaat limbah kelapa sawit.
1. TKKS untuk pupuk organik
Tandan kosong kelapa sawit daoat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah Pemanfaatan Limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif pupuk organik juga akan memberikan manfaat lain dari sisi ekonomi.
Ada beberapa alternatif Pemanfaatan TKKS yang dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami proses fermentasi atau dekomposisi yang dilakukan oleh micro-organisme. Pada prinsipnya pengomposan TKSS untuk menurunkan nisbah C / N yang terkandung dalam tandan agar mendekati nisbah C / N tanah. Nisbah C / N yang mendekati nibah C / N tanah akan mudah diserap oleh tanaman.
b. Pupuk Kalium
Tandan kosong kelapa sawit sebagai limbah padat dapat dibakar dan akan menghasilkan abu tandan. Abu tandan tersebut ternyata memiliki kandungan 30-40%, K2O, 7%P2O5, 9%CaO, dan 3%MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1.200ppmFe, 1.00 ppm Mn, 400 ppmZn, dan 100 ppmCu. Sebagai gambaran umum bahwa pabrik yang mengolah kelapa sawit dengan kapasitas 1200 ton TBS/ hari akan menghasilkan abu tandan sebesar 10,8%/hari. Setara dengan 5,8 ton KCL; 2,2 ton kiersit; dan 0,7ton TSP. dengan penambahan polimer tertentu pada abu tandan dapat dibuat pupuk butiran berkadar K2O 30-38% dengan pH 8 – 9.
c. Bahan Serat
Tandan kosong kelapa sawit juga menghasilkan serat kuat yang dapat digunakan untuk berbagai hal, diantaranya serat berkaret sebagai bahan pengisi jok mobil dan matras, polipot (pot kecil, papan ukuran kecil dan bahan pengepak industri.

2. Tempurung buah sawit untuk arang aktif
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Arang aktif juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai industri. Antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi.

3. Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas
Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari impor. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif itu adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan bahan pulp kertas dan papan serat.

4. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan artikel
Batang kelapa sawit yang sudah tua tidak produktif lagi, dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tinggi. Batang kelapa sawit tersebut dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture,atau sebagai papan partikel. Dari setiapbatang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0.34 m3.

5. Batang dan pelepah sawit untuk pakan ternak
Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya terdapat tiga cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak, yaitu pertama pengolahan menjadi silase, kedua dengan perlakuan NaOH dan yang ketiga adalah pengolahan dengan menggunakan uap.

Manfaat limbah cair kelapa sawit
Benny Energi berkaitan langsung dengan pertumbuhan Poduk Domestic Bruto (PDB) suatu negara indikatornya kita kenal dengan koefisien elastisitas penggunaan energi. Untuk negara indonesia koefisien elastisitas penggunaan energi adalah 1,84 %. Ini artinya untuk meningkatkan PDB 1% maka energi yang diperlukan harus naik 1,84%. Dengan angka penggunaan energi sebesar ini maka Indonesia dikatakan sebagai negara yang paling boros dalam penggunaan energi jika dibandingkan dengan negara lain apalagi dengan negara maju. Sumber energi utama di Indonesia berasal dari minyak bumi. Sektor yang berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah sektor pertanian, industri, dan transportasi yang setiap tahunnya mendapat subsidi dari pemerintah. Pada sektor tersebut biasanya menggunakan sumber energi berasal dari bahan bakar minyak (BBM) yaitu minyak diesel.

            Sejak menjadi negara pengimpor minyak bumi pada tahun 2005 maka subsidi untuk bahan bakar minyak semakin membebani pemerintah Indonesia. Jika selama ini bahan bakar minyak menjadi sumber pemasukan bagi negara maka sejak tahun 2005 malah menjadi sumber pengeluaran utama bagi negara. Hampir sepertiga dari kebutuhan minyak bumi di negara ini harus di impor dari luar negeri, produksi minyak bumi Indonesia 1 juta barel perhari sedangkan kebutuhannya 1,3 juta barel perhari. Melihat keadaan seperti ini maka pemerintah mulai melirik sumber energi alternatif yang mampu menyumbang devisa bagi negara. Sumber energi yang mulai di lirik adalah gas alam, batu bara, panas bumi, energi sinar matahari, energi samudra hingga bahan bakar nabati (BBN).

            Bahan bakar nabati mendapat perhatian dari pemerintah karena di Indonesia tersedia cukup untuk keperluan ekspor dan dalam negeri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BPPT sumber bahan bakar nabati yang ada di Indonesia cukup banyak yaitu 30 jenis tanaman. Di antara 30 jenis tanaman tersebut yang paling memungkin di pakai sebagai sumber bahan bakar nabati ada dua jenis tanaman yang layak dikembangkan ditinjau dari aspek teknis dan aspek ekonomi yaitu kelapa sawit (Palm Oil) dan jarak pagar (Curcas Jatropa).

            Kedua jenis tanaman ini sangat familiar bagi masyarakat Indonesia karena tanaman sawit merupakan penghasil minyak mentah sawit yang kita kenal dengan Crude Palm Oil atau CPO. Tanaman jarak pagar sudah dikenal sejak zaman penjajahan Jepang yang digunakan sebagai minyak pelumas untuk mesin perang tentara Jepang Pada Perang dunia ke-2 dan minyak mentah yang dihasilkan oleh minyak jarak dikenal dengan nama Curcas Jatropa Oil atau CJO. Bahan bakar nabati yang diolah dari kedua tanaman ini kita kenal dengan biodiesel.

            Bahan bakar biodiesel sesuai namanya di pakai sebagai pengganti atau campuran minyak yang digunakan untuk mesin diesel. Biodiesel ini memang bukan 100 % tapi campurannya terdiri dari 70 % minyak solar dan 30 persen dari Fatty Acid Metyl Ester atau yang lebih dikenal dengan nama FAME. FAME merupakan produk turunan dari CPO dan CJO lewat reaksi trans-esterifikasi. Untuk biodiesel dari minyak jarak Indonesia pantas bersyukur karena satu-satunya negara di dunia yang mampu membuat biodiesel dengan komposisi 100 persen dari minyak jarak.

            Walaupun cuma 30 persen tapi produksi biodiesel berbahan baku dari kelapa sawit lebih menjanjikan dari tanaman jarak karena ketersediaan sawit lebih banyak, harga minyak sawit agak stabil di pasaran dunia, selain itu minyak sawit dijadikan sebagai komiditas makanan. Hal tersebut belum berlaku bagi tanaman jarak karena belum teruji dalam komersil dan masih dalam percobaan. Maka untuk strategi jangka pendek dan menengah digunakan CPO sebagai bahan baku untuk biodiesel.

            Jika biodiesel diproduksi dari CPO maka akan mengganggu pasokan untuk keperluan industri lain yang berbasiskan CPO misalnya industri minyak goreng, margarin, surfaktan, industri kertas, industri polimer dan industri kosmetik. Selain itu kapasitas pabrik yang dibangun harus dalam skala besar dan harus terintegrasi dengan industri CPO. Skala yang ideal yang minimum untuk pembangunan biodiesel dengan berbahan baku biodiesel adalah 100 ribu ton per tahun dengan laju pengembalian modal sekitar 6 tahun. Angka ini akan sulit terealisasi mengingat industri lain juga membutuhkan CPO dalam jumlah yang besar.

            Tantangan yang lain bagi pengembangan industri biodiesel adalah harga CPO dan bahan baku pendukung lainnya cenderung naik, harus bersaing dengan BBM konvensional yang sewaktu-waktu harganya bisa jatuh. Karena harga BBM konvensional tergantung pada situasi politik di Timur Tengah, jika kondisi politik di Timur Tengah telah stabil maka harga minyak akan jatuh kembali. Mengingat krisis seperti ini pernah terjadi pada dekade 70-an terjadi embargo minyak bumi. Selain itu adanya persaingan dengan penghasil biodiesel utama di Eropa yaitu negara Jerman dengan kapasitas produksi 2 juta ton pertahun. Sebagian besar paten proses pengolahan biodiesel di pegang oleh negara Jerman. Melihat kondisi seperti ini perlu dilakukan inovasi untuk pengolahan biodiesel. Maka alternatif yang dipakai untuk pembuatan biodiesel adalah menggunakan limbah dari produksi CPO atau yang lebih dikenal dengan nama CPO parit.

            Pada tahun 2005 Indonesia punya 360 pabrik CPO dengan produksi 11,6 juta ton dan dihasilkan limbah cair sebanyak 0,355 juta ton. Limbah cair kelapa sawit memiliki BOD sebesar 25.000 mg/l, COD sebesar 50.000 mg/l dan pH 4,2 (bersifat asam) limbah ini akan menimbulkan masalah bagi lingkungan hidup jika dibuang secara langsung. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup batasan limbah yang dibuang ke alam adalah 100 mg/l untuk BOD, 350 mg/l untuk COD dan kisaran pH sebesar 6 – 9. Jika limbah cair ini dimanfaatkan untuk keperluan produksi biodiesel dengan perkiraan hilang sebesar 10% maka kemungkinan FAME yang akan dihasilkan sebesar 0,320 juta ton yang bisa diolah menjadi 7,093 juta liter biodiesel/tahun.

            Kelebihan pembuatan biodiesel dengan bahan baku limbah cair CPO adalah sebagaiberikut:

1. Meniadakan pencemaran limbah terhadap pencemaran air tanah dan sunagai.
2. Transfer Pricing karena penggunaan biodiesl berbahan baku ini akan menekan pokok produksi CPO. Harga solar untuk keperluan industri per 1 Juli 2006 Rp 6.321,22 – Rp 6.595,70 per liter (berdasarkan suplai point). Apabila Pabrik CPO menggunakan Biodisel berbahan baku ini, maka biaya yang dikeluarkan hanya Rp. 4.785,00 perliter (harga standar yang dibuatkan untuk biodiesel mutu standar) harga ini dapat ditekan lagi karena CPO parit hanya Rp.300,00 perliter. Harga ini dapat ditekan lagi jika terjadi kontrak tetap dengan pabrik CPO yang ada karena akan dapat terbantu terhadap solusi limbah cair yang dihasilkan.
3. Memperoleh CDM (clean development mechnism).
4. Bisa di bangun terintegrasi dengan pabrik CPO karena berfungsi sebagai pengolah limbah.

            Propinsi Riau merupakan daerah penghasil CPO terbesar di Indonesia yaitu dengan produksi 3,3 juta ton pertahun atau hampir 30 persen dari total produksi sawit Indonesia. Dengan angka produksi sebesar ini maka CPO parit yang dihasilkan adalah 0.1065 juta ton atau 106,5 ribu ton. Jika dibangun pabrik biodiesel dengan menggunakan CPO parit di Riau dan terintegrasi dengan pabrik CPO maka akan mengurangi angka pengangguran. Mengingat pabrik CPO di Riau berjumlah 118 buah, jika di asumsikan satu pabrik biodiesel menyerap tenaga kerja 20 orang maka jumlah tenaga kerja yang terserap adalah 2.360 orang. Sebuah peluang besar bagi pertumbuhan ekonomi dan bisa memininalisir angka kemiskinan di Riau. Maka ada satu pertanyaan yang muncul, Adakah minat kita untuk mengembangkannya???

Lirik Lagu Last Child Sekuat Hati Lyrics

ku mohon hentikan air matamu mama
bila ternyata harus putus sekolahku
kan ku pilih gaya hidup yang tiada
pernah indah di matamu
*courtestak mampu ku mengampuni diriku mama
bila ku dengar harumnya arti doamu
yang kau panjatkan untukku saat ku bawa diriku
semakin dalam ku terjatuh
bila ku tak pernah sanggup untuk bangkit dari
kegagalan yang tak seharusnya kau sesali
karna kenyataan hidup yang aku jalani
tak seindah saat ku dengar engkau bernyanyi
reff:
… lah jiwaku mama
yang terluka dipecundangi dunia
dengan kasihmu yang mampu lindungi lemah hatiku
yang tak sekuat hatimu

pleng tee chun mai dai tang (arena concert version)

ah mai praw ..
mai meuan pleng tua pai..
tae gub chun
pleng nee chang mee kwarm mai..
tae la sieng took toy kum..
tee kian long pai oh~
jark roy yim kaung tur..
tee hai mah..
mun bung kup pahkk gai..
hai seu kwarm mai..
pun kum raung tee klaung jaung..
gub kwarm nai jai..
tur roo reu mai tee chun tum dai..
gaw pen praw wah tur tung nun...

Reff
gaw pleng pleng ne tee dai fung nun..
chun mai dai tang tur roo mai..
mai bung aht rauk na kon dee..
woh oh~ roo reu plow..
wah krai tee kian pleng nee..
juum ow wai haii dee dee..

Reff 2
wah pleng pleng nee tee dai fung nun..
chun mai dai tang tur roo mai..
mai ung aht rauk na koon dee..
woh ohh~ roo reu plow..
wah krai tee kiang pleng nee..
jum ow wai hai dee dee..
kon nun keu tur..

tur roo reu mai tee chum tum dai..
gaw pen praw wah tur tung nun..

Reff last
gaw pleng pleng nee tee dai fung nun..
chung mai dai tai tur roo mai..
mau bung aht raun na kon dee..
woh ohh~ roo reu plow..
wah kraii tee kian pleng nee..
jum ow wai hai dee dee..

wah pleng pleng nee tee dai fung nun..
chun mai dai tang tur roo mai..
mai bung aht rauk na koon dee..
wooh ohh ~~~ roo reu plow..
wah krai tee kian pleng nee..
jum ow wai hai dee dee..
kon nun keu tur...
-------------------------------------------------------------------------

the song that i didn't compose

this song might not melodious as other song..
but for me, this song is full of meaning..
in every note and word that is written..
from the smile you gave...
guided the pen to communicate the feeling..
into melody that rhymes with my emotions..
do you know how i did it
it's all because of you..

Reff
this song you're listening to right now..
i didn't compose it..
do you know
i don't dare do it, oh darling ...
do you know who composed this song
remember always..

Reff 2
this song you're listening to right now
i didn't compose it..
do you know
i don't dare do it, oh darling ...
do you know who composed this song
remember always..
that person is you...

do you know how i did it
it's all because of you..


reff
this song you're listening to right now..
i didn't compose it..
do you know
i don't dare do it, oh darling ...
do you know who composed this song
remember always..

reff 2
this song you're listening to right now
i didn't compose it..
do you know
i don't dare do it, oh darling ...
do you know who composed this song
remember always..
that person is you...

Monday, 25 June 2012

INDUSTRI PHENOL DARI PROSES BENZEN SULFONAT


MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA
INDUSTRI PHENOL DARI PROSES BENZEN SULFONAT


D
I
S
U
S
U
N
 OLEH :
Heru Santoso   0609 3040 0345
Kelas :  4 KB

Dosen Pembimbing
Ir. Erlinawati,M.T

JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2011
BAB V
SENYAWA KIMIA DARI AROMATIK

5.4 INDUSTRI PHENOL (Benzene Sulfonate Caustic Fusion)
5.4.1 PENDAHULUAN
Phenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Kegunaan phenol antara lain sebagai antiseptic dan sebagai obat-obatan Rumus kimianya adalah  C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil(-OH). Phenol memiliki titik didih 187.7 oC dan titik lelehnya 40.5 0 C .Phenol memiliki sifat yang cenderung asam, yang berarti ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya.
       Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, phenol bersifat lebih asam. Hal ini dapat dibuktikan dengan mereaksikan phenol dengan NaOH, dimana phenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui pasangan cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.
       Seperti halnya air, phenol dapat membentuk ikatan hydrogen. Karena adanya ikatan hydrogen ini maka phenol mempunyai titik didih yang lebih besar dibandingkan dengan senyawa lain yang mempunyai berat formula yang sama.

5.4.2 KLASIFIKASI PROSES
·              Pembuatan phenol (Cumene peroxidation-hydrolysis)
·              Pembuatan phenol  (Toluene two-stage oxidation)
·        Pembuatan phenol ( raschig vapor phase hydrochlorination and hydrolysis)
·        Pembuatan phenol (Chlorobenzene –caustic hydrolysis)
·        Pembuatan phenol (Benzene sulfonate caustic fusion)
·        Pembuatan phenol (Direct oxidation of Benzene)
Pada makalah ini yang dibahas adalah proses pembuatan phenol dengan benzene sulfonat



5.4.3 DATA KUANTITATIF

a.       Basis : 1 ton produk phenol (87% yield)
Bahan baku :
Benzene                        : 0.96 ton
H2SO4   (98%)              : 1.70 ton
NaOH (100%)              : 1.65 ton
b.      Kapasitas Produksi      : 50-150 ton/hari

5.4.4 SIFAT FISIK DAN KIMIA

5.4.4.1 Bahan Baku :
a.         Benzene (C6H6)
 
·       Berat molekul              : 78.1121 g/mol
·       Density                        : 0.8786 g/ml pada 20 °C
·       Titik leleh                    : 5.5 °C
·       Titik didih                   : 80.1  °C
·       Kelarutan dalam air     : 0.8 g/L (15 °C)
·       Viscositas                    : 0.652 cP pada 20 °C
Sifat Kimia:
  • Bersifat kasinogenik (racun)
  • Merupakan senyawa nonpolar
  • Tidak begitu reaktif, tapi mudah terbakar dengan menghasilkan banyak jelaga
  • Lebih mudah mengalami reaksi substitusi dari pada adisi.



b.      Asam Sulfat (H2SO4)
Sifat fisik asam sulfat
·       Berat molekul              : 98,08 gr/mol
·       Densitas                      : 1,84 gr/cm3 cair
·       Titik leleh                    : 10 °C, 283 K, 50 °F
·       Titik didih                   : 337 °C, 610 K, 639 °F
·       Kelarutan dalam air     : tercampur penuh

Sifat kimia asam sulfat

Reaksi dengan air

Reaksi hidrasi asam sulfat sangatlah eksotermik. Selalu tambahkan asam ke dalam air daripada air ke dalam asam. Air memiliki massa jenis yang lebih rendah daripada asam sulfat dan cenderung mengapung di atasnya, sehingga apabila air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, ia akan dapat mendidih dan bereaksi dengan keras. Reaksi yang terjadi adalah pembentukan ion hidronium:
H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4-
HSO4- + H2O → H3O+ + SO42-
Sebagai asam, asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan basa, menghasilkan garam sulfat. Sebagai contoh, garam tembaga tembaga(II) sulfat dibuat dari reaksi antara tembaga(II) oksida dengan asam sulfat:
CuO + H2SO4 → CuSO4 + H2O
Asam sulfat juga dapat digunakan untuk mengasamkan garam dan menghasilkan asam yang lebih lemah. Reaksi antara natrium asetat dengan asam sulfat akan menghasilkan asam asetat, CH3COOH, dan natrium bisulfat:
H2SO4 + CH3COONa → NaHSO4 + CH3COOH
Hal yang sama juga berlaku apabila mereaksikan asam sulfat dengan kalium nitrat. Reaksi ini akan menghasilkan asam nitrat dan endapat kalium bisulfat. Ketika dikombinasikan dengan asam nitrat, asam sulfat berperilaku sebagai asam sekaligus zat pendehidrasi, membentuk ion nitronium NO2+, yang penting dalam reaksi nitrasi yang melibatkan substitusi aromatik elektrofilik. Reaksi jenis ini sangatlah penting dalam kimia organik.
Asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan logam via reaksi penggantian tunggal, menghasilkan gas hidrogen dan logam sulfat. H2SO4 encer menyerang besi, aluminium, seng, mangan, magnesium dan nikel. Namun reaksi dengan timah dan tembaga memerlukan asam sulfat yang panas dan pekat. Timbal dan tungsten tidak bereaksi dengan asam sulfat. Reaksi antara asam sulfat dengan logam biasanya akan menghasilkan hidrogen seperti yang ditunjukkan pada persamaan di bawah ini. Namun reaksi dengan timah akan menghasilkan sulfur dioksida daripada hidrogen.
Fe (s) + H2SO4 (aq) → H2 (g) + FeSO4 (aq)
Sn (s) + 2 H2SO4 (aq) → SnSO4 (aq) + 2 H2O (l) + SO2 (g)
Hal ini dikarenakan asam pekat panas umumnya berperan sebagai oksidator, manakala asam encer berperan sebagai asam biasa. Sehingga ketika asam pekat panas bereaksi dengan seng, timah, dan tembaga, ia akan menghasilkan garam, air dan sulfur dioksida, manakahal asam encer yang beraksi dengan logam seperti seng akan menghasilkan garam dan hidrogen.
Asam sulfat menjalani reaksi substitusi aromatik elektrofilik dengan senyawa-senyawa aromatik, menghasilkan asam sulfonat terkait:[4]
c.       Natrium Hidroksida (NaOH)
·           Berat molekul              : 39.997 g/mol
·           Titik didih                   : 1390 °C
·           Titik leleh                    : 318 °C
·            Density                       : 2.1 g/cm3
·           Kelarutan dalam air     : 111 g/100 ml (20 °C)
·           Keasaman (pKa)         : ~13




Sifat Kimia Natrium Hidroksida

·         Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab
·         Kelarutan mudah larut dalam air dan dalam etanol tetapi tidak larut dalam eter
·         Senyawa ini sangat mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida
·         Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya
·         Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas



d.      Natrium Sulfit (Na2SO3)
·           Berat molekul              : 126.04 g/mol
·           Density                        : 2.633 g/cm3
·           Titik leleh                    : 33,4 °C
·           Titik didih                   : Decomposess
·           Kelarutan dalam air     : 67.8 g/100 ml (18 °C, heptahydrate)

Sifat Kimia natrium sulfit :
Sodium sulfat membentuk sebuah senyawa bisulfit dengan aldehida, dan keton membentuk asam sulfonat. Hal ini digunakan untuk memurnikan atau mengisolasi aldehida dan keton.
Sodium sulfite diuraikan oleh  asam lemah, menghasikan  gas belerang dioksida.

     Na2SO3 + 2 H + 2 Na + + H2O + SO2

Suatu larutan jenuh memiliki pH 9
. jika  larutan terkena udara akhirnya akan teroksidasi menjadi sulfat natrium. Jika natrium sulfit diteruskan  maka akan terbentuk  kristal dari larutan  pada temperatur kamar atau di bawah temperature kamar, reaksi ini disebut pembentukan heptahydrate. Kristal heptahydrate berkembang di udara kering hangat. Kristal Heptahydrate juga teroksidasi di udara untuk membentuk sulfat tersebut. Bentuk anhydrous jauh lebih stabil terhadap oksidasi oleh udara.




5.4.4.2 Produk :
a.      Phenol (C6H5OH)
Sifat kimia phenol :
·           Berat molekul              : 94.11 gr/grmol
·           Titik leleh                    : 45 °C
·           Titik beku                    : 40.5 °C
·           Titik didih                   : 181.8 °C
·           Density                        : 1.07 gr/ml

Sifat kimia phenol :
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang dapat dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya.



b.      Natrium Sulfat (Na2SO4)
·           Berat molekul              : 142.04 g/mol
·           Density                        : 2.664 g/cm3
·           Titik leleh                    : 884 °C
·           Titik didih                   : 1429 °C
·           Kelarutan dalam air     : 4.76 g/100 ml (0 °C)

Sifat kimia Natriom Sulfat
Sodium sulfat secara kimiawi sangat stabil, yang tidak reaktif terhadap paling pengoksidasi atau mengurangi agen pada suhu normal. Pada suhu tinggi, dapat direduksi menjadi sulfida natrium:
     Na2SO4 + 2 C 2 Na2S + 2 CO2 (g)

Sodium sulfat merupakan garam netral, yang membentuk larutan dengan pH 7.
 Netralitas  tersebut mencerminkan kenyataan bahwa Na2SO4 diperoleh, dari asam kuat asam sulfat dan sodium hidroksida basa kuat. Sodium sulfat bereaksi dengan jumlah yang setara asam sulfat untuk memberikan konsentrasi kesetimbangan dari asam garam natrium bisulfat [5] [6]:


     Na2SO4 (aq) + H2SO4 (aq)
2 NaHSO4 (aq)

Bahkan, keseimbangan ini sangat kompleks, tergantung pada konsentrasi dan suhu, dengan garam asam lain yang hadir.

Sodium sulfat adalah ion sulfat yang khas, mengandung Na + ion dan SO42-ion. Larutan berair dapat menghasilkan presipitat bila dikombinasikan dengan garam dari Ba2 + atau Pb2 +, yang merupakan sulfat larut

     Na2SO4 (aq) + BaCl2 (aq) 2 NaCl (aq) + BaSO4 (s)

5.4.5 REAKSI KIMIA

·            Sulfonasi
C6H6 + H2SO4 (98%)               C6H5SO3H + H2O

·            Netralisasi
2C6H3SO3H + 2Na2SO3               2C6H5SO3Na  + SO2 + Na2SO4 + H2

·            Fusi
2C6H5SO3Na + 2NaOH              2C6H5ONa + SO2 + Na2SO4 + H2

·      Acidifikasi
6C6H5ONa + 2H2SO4 + SO3                6C6H5OH + 2Na2SO4 +Na2SO3




5.4.6 URAIAN PROSES

       Benzene yang telah diuapkan dialirkan ke reaktor continous sulfonator dan direaksikan dengan H2SO4 (98%). Pada proses ini menghasilkan benzene sulfonat dan air dengan reaksi C6H6 + H2SO4 (98%)                    C6H5SO3H + H2O   . Air  dan benzen yang tidak bereaksi akan dikeluarkan pada bagian atas dan didinginkan oleh kondensor kemudian dipisahkan, benzene akan di recycle sebagai umpan. Sedangkan benzene sulfonat akan dialirkan kearah  reaktor neutralizer berpengaduk. Proses yang terjadi di dalam reaktor neutralizer  yaitu netralisasi campuran benzene sulfonat dengan penambahan natrium sulfit, reaksi yang terjadi yaitu :
2C6H3SO3H + 2Na2SO3           2C6H5SO3Na  + SO2 + Na2SO4 + H2 .  
C6H5SO3H  dan Na2SO4 akan dialirkan menuju pressure filter, sedangkan SO2 dialirkan ke reactor acidity. Pada pressure filter yaitu proses pemisahan campuran natrium benzene sulfonat dan natrium sulfat dengan filter bertekanan, natrium sulfat sebagai filtrat akan dikeluarkan sebagai hasil samping sedangkan natrium benzen sulfonat dialirkan menuju reaktor fusion.
Proses yang terjadi pada reaktor fusion yaitu fusi dengan bantuan NaOH.  Proses ini terjadi pada temperatur 300oC dengan waktu berkisar antara 5-6 jam, natrium benzen sulfonat dialirkan secara perlahan-lahan dari bagian bawah reaktor. Hasil dari reaksi ini berupa lelehan yang kemudian dialirkan menuju reaktor acidity. Pada reaktor acidity terjadi proses pengasaman dengan cara menambahkan asam sulfat encer serta penambahan SO2 dari hasil neutralizer untuk menghasilkan phenol, dengan reaksi :
6C6H5ONa + 2H2SO4 + SO3                  6C6H5OH + 2Na2SO4 +Na2SO3
Hasil dari reaktor ini yaitu berupa cairan phenol yang mengapung diatas cairan  natrium sulfat dan natrium sulfit.
       Phenol(C6H5OH ) yang belum murni akan dialirkan menuju vacum still sedangkan cairan sisa yang berupa lumpur akan dialirkan menuju steam stripper. Di  vacum still terjadi proses distilasi untuk mendapatkan phenol murni sebagai hasil utama, sedangkan pada steam stripper, phenol yang masih terkandung akan dipisahkan dan dialirkan menuju vacuum still untuk dimurnikan kembali sedangkan sisanya berupa natrium sulfit dan lainya akan dialirkan menuju crystallizer untuk dikristalkan, kemudian menuju centrifuge untuk mendapatkan natrium sulfit yang murni. Sebagian natrium sulfit ini juga digunakan untuk proses neutralizer.



                                         



5.4.7 FLOWSHEET
5.4.8 KEGUNAAN PRODUK
Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik.
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya.Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka.
Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kemah-kemah, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter secara penyuntikan ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan kematian langsung.

5.4.9 FUNGSI ALAT
·         Separator : tempat pemisahan benzen dan air
·         Reaktor continous sulfonator : tempat terjadinya reaksi antara benzen dan asam sulfat pekat
·         Reaktor Neutralizer : alat tempat terjadinya reaksi netralisasi yaitu benzen sulfonat direaksikan dengan natrium sulfit
·         Preassure filter : alat penyaringan dengan vakum, tempat terjadinya proses pemisahan antara natrium sulfat dengan natrium benzen sulfonat
·         Reaktor fusion : tempat terjadinya reaksi fusi, yaitu penambahan NaOH pada temperatur 300oC
·         Reaktor acidity : tempat terjadinya reaksi pengasaman dengan H2SO4 encer, direaktor ini menghasilkan phenol
·         Vacuum Still : alat distilasi dengan vacum, yaitu tempat pemurnian phenol
·         Steam Stripper : tempat pemisahan antara phenol dengan sisa larutan natrium sulfit dengan menggunakan steam
·         Crystalizer : tempat proses penkristalan larutan sisa yang berupa natrium sulfit
·         Centrifuge : tempat pemurnian natrium sulfit dengan zat sisa lainya, sehingga didapat kristal natrium sulfit yang murni.
5.3.10 KESIMPULAN
            Phenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah  C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil(-OH). Pembuatan phenol dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu
·              Pembuatan phenol (Cumene peroxidation-hydrolysis)
·              Pembuatan phenol  (Toluene two-stage oxidation)
·        Pembuatan phenol ( raschig vapor phase hydrochlorination and hydrolysis)
·        Pembuatan phenol (Chlorobenzene –caustic hydrolysis)
·        Pembuatan phenol (Benzene sulfonate caustic fusion)
·        Pembuatan phenol (Direct oxidation of Benzene)

Pada pembuatan phenol dengan benzene sulfonat bahan bakunya yaitu benzene, NaOH dan H2SO4. Dan Kegunaan phenol antara lain sebagai antiseptik dan obat-obatan. Pada pembuatan phenol dengan benzen sulfonat terjadi reaksi kimia sebagai berikut :
·            Sulfonasi
C6H6 + H2SO4 (98%)               C6H5SO3H + H2O

·            Netralisasi
2C6H3SO3H + 2Na2SO3               2C6H5SO3Na  + SO2 + Na2SO4 + H2

·            Fusi
2C6H5SO3Na + 2NaOH              2C6H5ONa + SO2 + Na2SO4 + H2

·      Acidifikasi
6C6H5ONa + 2H2SO4 + SO3                6C6H5OH + 2Na2SO4 +Na2SO3















5.4.11 Daftar Pustaka
Gopalo, Rao. Dkk. Outline Chemical of Technology. 1968. Princeton : New Jersey, USA
http://www.wikipedia.org/ (Tanggal 27-03-2011)
http://www.google.com/cumene (Tanggal 27-03-2011)
















5.4.12  Lampiran

            Fenol

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Fenol
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil.

Daftar isi

 Ikhtisar

Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang berikatan dengan gugus hidroksil.

Karakteristik

Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O yang dapat dilarutkan dalam air.
Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. [1]

 Produksi

Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara.

Penggunaan

Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik.
Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya.
Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka.
Fenol : a. mengandung gugus OH, terikat pada sp2-hibrida b. mempunyai titik didih yang tinggi c. mempunyai rumus molekul C6H6O d. Fenol larut dalam pelarut organik e. berupa padatan (kristal) yang tidak berwarna f. mempunyai massa molar 94,110C g. mempunyai titik didih 181,9oC h. mempunyai titik lebur 40,9oC
Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kemah-kemah, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter secara penyuntikan ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan kematian langsung. [2]

Asam sulfat

Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia. Produksi dunia asam sulfat pada tahun 2001 adalah 165 juta ton, dengan nilai perdagangan seharga US$8 juta. Kegunaan utamanya termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak.
Langsung ke: navigasi, cari
Asam sulfat
Gambar
Gambar
Asam sulfat
Minyak vitriol
Identifikasi
[7664-93-9]
WS5600000
Sifat
H2SO4
98,08 g/mol
Penampilan
cairan bening, tak berwarna, tak berbau
1,84 g/cm3, cair


Kelarutan dalam air
tercampur penuh
Keasaman (pKa)
−3
26,7 cP (20 °C)
Bahaya
Korosif (C)
Indeks EU
016-020-00-8
NFPA 704.svg
0
3
2
W
R35
(S1/2), S26, S30, S45
tak ternyalakan
Senyawa terkait
Asam kuat terkait
Senyawa terkait
Kecuali dinyatakan sebaliknya, data di atas berlaku
pada temperatur dan tekanan standar (25°C, 100 kPa)

Daftar isi

Keberadaan

Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara alami di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis. Walaupun demikian, asam sulfat merupakan komponen utama hujan asam, yang terjadi karena oksidasi sulfur dioksida di atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam sulfit). Sulfur dioksida adalah produk sampingan utama dari pembakaran bahan bakar seperti batu bara dan minyak yang mengandung sulfur (belerang).
Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi mineral sulfida, misalnya besi sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini sangat asam dan disebut sebagai air asam tambang. Air asam ini mampu melarutkan logam-logam yang ada dalam bijih sulfida, yang akan menghasilkan uap berwarna cerah yang beracun. Oksidasi besi sulfida pirit oleh oksigen molekuler menhasilkan besi(II), atau Fe2+:
2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O → 2 Fe2+ + 4 SO42− + 4 H+
Fe2+ dapat kemudian dioksidasi lebih lanjut menjadi Fe3+:
4 Fe2+ + O2 + 4 H+ → 4 Fe3+ + 2 H2O
Fe3+ yang dihasilkan dapat diendapkan sebagai hidroksida:
Fe3+ + 3 H2O → Fe(OH)3 + 3 H+
Besi(III) atau ion feri juga dapat mengoksidasi pirit. Ketika oksidasi pirit besi(III) terjadi, proses ini akan berjalan dengan cepat. Nilai pH yang lebih rendah dari nol telah terukur pada air asam tambang yang dihasilkan oleh proses ini.

 Asam sulfat di luar angkasa

Atmosfer Venus

Asam sulfat diproduksi di atmosfer bagian atas Venus dari karbon dioksida, sulfur dioksida, dan uap air secara fotokimia oleh cahaya matahari. Foton ultraviolet dengan panjang gelombang kurang dari 169 nm dapat mengakibatkan fotodisosiasi karbon dioksida menjadi karbon monoksida dan oksigen atomik.
Oksigen atomik sangatlah reaktif. Ketika ia bereaksi dengan sulfur dioksida yang merupakan sekelumit bagian dari atmosfer Venus, sulfur trioksida dihasilkan, dan ketika bergabung dengan air, akan menghasilkan asam sulfat.
CO2 → CO + O