TEKNOLOGI MODIFIKASI PATI
7.1 Pendahuluan
Pati merupakan zat gizi penting dalam diet sehari-hari. Menurut greenwold
dan munro (1979) sekitar 80% kebutuhan energy manusia didunia oleh karbohidrat
. karbohidrat ini dapat dipenuhi dari sumber seperti biji-bijian
(jagung,padi,gandum ), umbi-umbian (ubi kayu , ubi jalar , kentang ) dan batang
(sagu) sebagai tempat penyimpanan pati yang merupakan cadangan makanan bagi
tanaman.
Pati memegang peranan penting dalam
industry pengolahan pangan secara luas juga dipergunakan dalam industry seperti
kertas, lem, tekstil, lumpur pemboran, permen , glukosa , dekstrosa, sirop
fruktosa , dan lain-lain. Dalam perdagangan dikenal dua macam pati yang telah
dimodifikasi dan pati yang telah dimodifikasi. Pati yang belum dimodifikasi
atau pati biasa adalah semua jenis pati yang dihasilkan dari pabrik pengolahan
dasar misalnya tepung tapioka. Pati alami seperti tapioka, pati jagung, sagu dan pati-patian
lain mempunyai beberapa kendala jika
dipakai sebagai bahan baku
dalam industry pangan maupun non pangan. Jika dimasak pati membutuhkan waktu
yang lama (hingga butuh energy tinggi ), juga pasta yang terbentuk keras dan
tidak bening. Disamping itu sifatnya terlalu lengket dan tidak tahan perlakuan
dengan asam . kendala-kendala tersebut menyebabkan pati alami terbatas
penggunaannya dalam industri. Padahal sumber dan produksi pati-patian di Negara
kita sangat berlimpah, yang terdiri dari tapioca (pati singkong), pati sagu,
pati umbi-umbian selain singkong, pati buah-buahan (misalnya pati pisang) dan
banyak lagi sumber pati yang belum diproduksi secara komersial.
Dilain pihak, industri pengguna pati
menginginkan patin yang mempunyai kekentalan yang stabil baik pada suhu tinggi
maupun rendah, mempunyai ketahanan yang baik terhadap perlakuan mekanisdan daya
pengentalannya tahan pada kondisi asam dan suhu tinggi. Sifat-sifat penting
yang diinginkan dari pati termodifikasi (yang tidak di miliki oleh pati alam)
diantaranya adalah: kecerahannya lebih tinggi (pati lebih putih), retrogradasi
yang rendah, kekentalannya lebih rendah, gel yang terbentuk lebih jernih,
tekstur gel yang di bentuk lebih lembek, kekuatan regang yang rendah, granula
pati lebih mudah pecah, waktu dan suhu gelatinisasi yang lebih tinggi, serta
waktu dan suhu granula pati untuk pecah lebih rendah. Modifikasi sifat dan
perkembangan teknologi di bidang pengolahan pati, pati alami dapat di
modifikasi disini dimaksudkan sebagai perubahan struktur molekul dari yang
dapat dilakukan secara kimia, fisik maupun enzimatis.
7.2 Modifikasi Pati
Pati alami dapat dibuat menjadi pati
termodifikasi atau modified starch,
dengan sifat-sifat yang dikehendaki atau sesuai dengan kebutuhan. Di bidang
pangan pati termodifikasi banyak digunakan dalam pembuatan salad cream, mayonnaise, saus kental, jeli mermable, produk-produk
konfeksioneri (permen, coklat dan lain-lain), breaded food, lemon curd, pengganti gum arab dan lain-lain.
Sedangkan di bidang non pangan banyak digunakan pada industri kertas (paper coating,surface sizing), industri
tekstil (sizing,finishing printing
thickening,laundry finishing), bahan bangunan (wall boards,acoustic additive wood pulp, isolasi) dan penggunaan
lain misalnya sebagai bahan pencampuran pada pelarut insektisida dan fungisida,
bahan pencampur sabun detergen dan sabun batangan.
Dewasa ini metode yang banyak
digunakan untuk memodifikasi pati adalh modifikasi dengan asam, modifikasi
dengan enzim, modifikasi dengan oksidasi dan modifikasi ikatan silang. Setiap
metode modifikasi tersebut menghasilkan pati termodifikasi dengan sifat
berbeda-beda. Modifikasi dengan asam akan menghasilkan pati dengan sefat lebih
encer jika dilarutkan, lebih mudah larut, dan berat molekulnya lebih rendah. Modifikasi
dengan enzim, biasanya menggunakan enzim alfaamilase, manghasilkan pati yang
kekentalannya setabil pada suhu panas maupun pati dengan sifat lebih jernih,
kekuatan regangan dan kekentalannya lebih rendah. Sedangkan modifikasi dengan
ikatan silang menghasilkan pati yang kekentalannya tinggi jika dibuat larutan
dan lebih tahan perlakuan mekanis.
Modifikasi dengan asam dilakukan
menggunakan asam klotida. Mula-mula pati dicampur dengan larutan klorida pada
suhu 37ºC dan dipanaskan, lalu ditambahkan dengan etanol 80 persen dan
dilakukan pemusingan untuk memisahkan pati yang telah termodifikasi dari bagian
cairan. Endapan pati kemudian dicuci dengan air sampai bebas ion klorida dan
dikeringkan sampai kadar air 10 persen. Modifikasi enzimatis dilakukan menggunakan
enzim alfa-amilase. Mula-mula larutan pati di panaskan 37ºC kemudian ditambah
buffer posfat pH 6,9, lalu ditambahkan larutan enzim alfa-amilase,dan di
biarkan bereaksi. Selanjutnya campuran dipanaskan dan ditambah etanol 80%.
Campuran kemudian disentrifusi dan endapan pati yang diperoleh dipisahkan,
dicuci dan dikeringkan sampai kadar air 10%
Modifikasi ikatan silang dilakukan
dengan cara mereaksikan pati dengan senyawa-senyawa yang dapat membentuk ikatan
silang pada suhu pH tertentu. Senyawa yang digunakan antara lain
efiklorohidrin, trimeta fosfat, diepoksida dan sebagainya. Pati yang
menghasilkan umunya kental dalam bentuk larutannya dibandingkan dengan pati
alami. Secara sedrhana modifikasi ikatan silang dilakukan sebagai berikut: Pati
di campur air sehingga terbentuk suspensi kental, kemudian pHnya diatur menjadi
9.0 menggunakan sodium hidroksida. Kemudian dilakukan penambahan senyawa
pembentukan ikatan silang, misalnya POCI, diikuti dengan penetralan menggunakan
asam klorida. Pati kemudian dipisahkan dari bagian cairnya dengan cara
pemusingan atau sentrifugasi. Endapan pati di cuci dengan air sampai bebas dari
ion-ion klorida, lalu dikeringkan(dengan oven 50ºC atau dijemur) dan setelah
kering di giling kembali.
7.3 Karakteristik
Pati
a. Struktur Pati
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa yang terdiri dari
amilosa dan amilopektin dimana besarnya perbandingan amilosa dan amiloektin ini
berbeda-beda tergantung jenis patinya. Berbagai macam pati tidak sama sifatnya,
tergantung dari panjang rantai karbonnya, serta lurus atau bercabang. Dalam
bentuk aslinya secara alami pati merupakana butiran-butiran kecil yang disebut
granula. Bentuk dan ukuran granula merupkan karakteristik setiap jenis pati,
karena itu digunakan untuk identifikasi (Hill
dan Kelly, 1942).
Bentuk dan
ukuran ganula pati berbeda-beda tergantung dari sumber tanamannya. Granula pati
beras memiliki ukuran yang kecil (3-8 µm), berbentuk poligonal dan cenderung
terjadi agregasi atau bergumpal-gumpal. Granula pati jagung agak lebih besar
(sekitar 15 µm), berbentuk bulat ke arah poligonal. Granula tapioka berukuran
lebih besar (sekitar 20 µm), berbentuk agak bulat dan pada salah satu bagian
ujunnya berbentuk kerucut. Granula pati gandum cenderung berkelompok dengan
berbagai ukuran. Ukuran normalnya adalah 18 µm, granula yang lebih besar
berukuran rata-rata 24 µm dan granula yang lebih kecil berukuran 7-8 µm. Bentuk
granula pati gandum adalah bulat sampai lonjong. Pati kentang berbentuk oval
dan sangat besar, berukuran rata-rata 30-50 µm.
Table. Karakteristik granula pati
Pati
|
Tipe
|
Diameter (µm)
|
Bentuk
|
Jagung
|
Biji-bijian
|
15
|
Melingkar, poliginal
|
Kentang
|
Umbi-umbian
|
33
|
Oval, bulat
|
Gandum
|
Biji-bijian
|
15
|
Melingkar, lentikuler
|
Tapioca
|
Umbi-umbian
|
33
|
Oval, kerucut potong
|
b. Gelatinisasi Pati
Apabila granula pati dipanaskan di dalam air, maka energi panas akan
menyebabkan ikatan hidrogen terputus, dan air masuk ke dalam granula pati. Air
yang masuk selanjutnya membentuk ikatan hidrogen dengan amilosa dan
amilopektin.
Meresapnya air
ke dalam granula menyebabkan terjadinya pembengkakan granula pati. Ukuran
granula akan meningkat sampai batas tertentu sebelum akhirnya granula pati
tersebut pecah. Pecahnya granula menyebabkan bagian amilosa dan amilopektin
berdifusi keluar. Proses masuknya air ke dalam pati yang menyebabkan granula
mengembang dan akhirnya pecah disebut dengan gelatinisasi, sedangkan suhu
dimana terjadinya gelatinisasi disebut dengan suhu gelatinisasi.
Pati yang telah
mengalami gelatinisasi akan kehilangan sifat birefringence atau sifat merefleksiukan cahaya terpolarisasi
sehingga di bawah mikroskop terlihat hitam putih. Kisaran suhu yang menyebabkan
90% butir pati dalam air panas membengkak sehingga tidak kembali ke bentuk
normalnya disebut “Birefringence End
Point Temperature” atau disingkat BEPT.
7.4 Granula pati
a.
Amilosa
Amilosa merupakan polimer yang tersusun dari glukosa sebagai monomernya.
Tiap-tiap monomer terhubung dengan ikatan 1.6-glikosidik. Amilosa merupakan
polimer yang tidak bercabang. Meskipun sebenarnya amylosa dihidrolisa dengan β-amilase
pada beberapa jenis pati tidak diperoleh hasil didrolisis yang sempurna (Bank,
1973), β-amilasi menghidrolisis amilosa menjadi unit-unit residu glukosa dengan memutus ikatan α-(1,4) dari ujung non
pereduksi rantai amilosa menghasilkan maltose.
b.
Amilopektin
Amilopektin merupakan polisakarida yang tersusundari monomer α-glokusa.
Walaupun tersusun dari monomer yang sama, amilopektin berbeda dengan
klarakteristik fisiknya. Secara structural, amilopektin terbentuk dari rantai
glukosa yang terikat dengan ikatan 1.6-glikosidik sama dengan amilosa, namun,
pada amilopektin terbentuk cabang-cabang dengan ikatan 1,4-glikosidik.
Amilopektin dan
amilosa mempunyai sifat fisik yang berbeda. amilosa lebih mudah larut dalam air
dibandingkan amilopektin. Bila direaksikan dengan larutan iod; amilosa akan
menghasilkan warna biru tua, sementara amilopektin akan menghasilkan warna
merah.
Dalam produk makanan amilopektin bersifat merangsang terjadinya proses
mekar (puffing) dimana produk makanan
yang kandungan amilopektinnya tinggi akan bersifat ringan, porus, garing dan
renyah. Kebalikanya,pati yang mengandung amilosa tinggi, cenderung menghasilkan
produk yang keras, pejal, karena proses mekarnya secara terbatas.
7.5. Macam-Macam Modifikasi Pati
Pati termodifikasi adalah pati yang gugus hidroksilnya telah diubah lewat
suatu reaksi kimia (esterifikasi, sterifikasi dan oksidasi ) atau dengan
menggunakan struktur asalnya (flenche, 1985). Sedangkan menurut Glicksman
(1969), pati diberi perlakuan tertentu dengan tujuan untuk menghasilkan sifat
yang lebih baik. Untuk memperbaiki sifat sebelumnya atau untuk merubah beberapa
sifat lainya.
Perlakuan ini dapat mencakup penggunaan panas, asam, alkali, zat
pengoksidasi atau bahan kimia lainnya yang akan menghasilkangugus kimia baru dan
atau perubahan bentuk, ukuran serta struktur molekul pati. Beberpa metode yang
dapat memodifikasi pati antara lain modifikasi dengan pemuliaan tanaman,
konversi dengan hidrolisis, cross linking, derivatisasi secara kimia merubah
menjadi sirup dan gula serta perubahan sifat-sifat fisik (furia 1968)
Modifikasi dengan konversi dimaksudkan untuk mengurangi viskositas dari
pati hingga dapat dimasak dan digunakan pada kosentrasi yang lebih tinggi, pati
akan lebih mudah larut dalam air dingin dan memperbaiki sifat kecendrungan pati
untuk membentuk gel atau pasta (furia 1968)
Pati yang gugus hidroksilnya telah mengalami perubahan dengan reaksi
kimia yang dapat berupa esterifikasi, sterifikasi dan oksidasi (flenche, 1985).
Pati yang telah termodifikasi akan mengalami perubahan sifat yang dapat
disesuaikan untuk keperluan-keperluan tertentu. Sifat-sifat yang diinginkan
adalah pati yang memiliki viskositas yang stabil pada suhu tinggi dan rendah,
daya tahan terhadap “sharing” mekanis yang baik serta daya pengental yang tahan
terhadap kondisi asam dan suhu sterilisasi (wirakartakusuma, et al, 1989)
Teknik modifikasi dapat dibagi dalam tiga tipe yaitu modifikasi sifat
rheologi, modifikasi dengan stabilisasi, dan modifikasi spesifik. Termasuk
dalam modifikasi rheologi adalah depolimerisasi dan ikatan silang. Proses
depolimerisasi akan menurunkan viskositas dan karena itu dapat digunakan pada
tingkat total padatan yang lebih tinggi. Cara yang dapat dilakukan meliputi
dekstrinisasi, konversi asam, dan konversi basah dan oksidasi.
Penelitian Murwani (1989) memperlihatkan bahwa modifikasi asam dan
oksidan dapat menurunkan viskositas pati jagung. Sifat pati termodifikasi yang
dihasilkan dipengaruhi oleh pH, suhu inkubasi dan kosentrasi pati yang
digunakan selam proses modifikasi. Sedangkan teknik ikatan silang akan
membentuk jebatan antara rantai molekul sehingga didapatkan jaringan makro
molekul yang kaku. Cara ini akan merubah sifat rheologi dari pati dan sifat
resistensinya terhadap asam.
Modifikasi dengan stabilitas dilakukan melalui reaksi esterifikasi dan
eterifikasi. Sebagai hasilnya akan didapatkan pati dengan singkat retrogradasi
yang lebih rendahdan stabilitas yang meningkat. Pati termodifikasi komersil
dihasilkan dari kombinasi cara stabilisasi dan ikatan silang. Modifikasi
spesifik didapat dari reaksi-reaksiyang khas seperti kationisasi,
karboksimetilasi, grafting dan oksdasi asam secara periodic
7.6. Aplikasi Pati Termodifikasi Dalam
Industri
Pemakaian produk-produk modifikasi pati dalam industry adalah sebagai
berikut :
-
Thin
Boilling starch terutama digunakan dalam pembuatan gypsum wallboard dan juga
digunakan gumdrop candies serta sizing tekstil.
-
Pati
teroksidai, pemakaian terbesarnya adalah pada pabrik kertas kualitas tinggi
-
Pati
ikatan silang dimana pati ini memilki banyak kegunaannya, dalam industry kertas
pati ini dicampur dalam pulp sehingga kertas yang dihasilkan lebih kuat.
Sebagian pati ini digunakan dalam pembuatan makanan instant, misalnya pudding
dan sebagai control terhadap viskositas lumpur pemboran
-
Pati
ikatan silang, digunakan dalam bahan pangan sebagia filling pengalengan sop,
gravy saus kegunaan dalam penyiapan pangan lain seperti untuk pembuatan makanan
bayi dan salad dressing. Penggunaan diluar pangan sangat beraneka ragam
termasuk didalamnya memberi sifat kedap air pada kotak kardus, sizing tekstil
dan kertas
-
Turunan-turunan
pati, seperti pati kationik dalam pabrik kertas dipergunakan untuk aditif dan
sebagai emulsifier pati hidroksi alkil banyak digunak untuk surface sizing pada
kertas dan untuk paper coating dan beberpa penggunaan lainnya.
7.7 Prinsip Dasar Untuk Memperoleh Produk Pati Termodifikasi
1.
Thin Boiling Starch diperoleh dengan cara mengasamkan suspensi pati pada pH
tertentu dan memanaskannya pada suhu tertentu sampai diperoleh derajat konversi
atau modifikasi yang diinginkan. Kemudian dilakukan penetralan, penyaringan,
pencucian, dan pengeringan. Pengaruh dari pH dan sushu sehingga menyebabkan
sebagaian pati terhidrolisis menjadi dekstrin maka dihasilkan pati dengan
viskositas yang rendah.
2.
Pati teroksidasi, diperoleh dengan cara mengoksidasi pati dengan
senyawa-senyawa pengoksidasi (oksidan) dengan bantuan katalis yang umumnya
adalah logam berat atau garam dari logam berat yang dilakukan pada pH tertentu,
suhu dan waktu reaksi yang sesuai.
3.
Pregelatinized Starch, pati ini diperoleh dengan cara memasak pati pada suhu
pemasakan, kemudian mengeringkannya dengan menggunakan rol-rol (drum drying)
yang dipanaskan dengan cara melewatkannya. Pregelatinisasi pati mempunyai sifat
umum yaitu terdispersi dalam air dingin. Parameter pengeringan seperti rol dan
gap antar rol dapat mempengaruhi sifat dan karakteristik dari pati yang
diperoleh seperti, produk yang halus dan lembut memberikan viskositas yang
tinggi dari dispersi tetapi cenderung menyerap air terlalu cepat menyebabkan
produk menjadi lembek, hal ini dapat dicegah dengan pemberian hidrofobik agent
pada partikel. Bentuk dan karakteristik densitas mempengaruhi karena
terbentuknya lapisan yang tebal dan padat serta mempunyai tingkat absorbsi air
yang rendah, viskositas pasta panas yang tinggi dan viskositas pasta dingin
yang rendah.
4.
Pati ikatan silang (cross-lingking), dimana pati ini diperoleh dengan cara perlakuan kimia
yaitu dengan penambahan cross-lingking
agent yang dapat menyebabkan
terbentuknya ikatan-ikatan (jembatan) baru antar molekul di dalam pati itu
sendiri atau diantara molekul pati yang satu dengan molekul pati yang lain.
5.
Dekstrin, dibuat
dari pati melalui proses enzimatik atau proses asam yang disertai perlakuan
pemanasan. Sifat-sifat yang penting dari dekstrin ialah viskositas menurun,
kelarutan dalam air dingin meningkat dan kadar gula menurun.
6.
Turunan pati, pati termodifikasi ini dibuat dengan mereaksikan pati dengan pereaksi
monofungsional untuk memasukkan gugus-gugus pengganti pada gugus hidroksil.
Kegunaan proses ini adalah utnuk menstabilkan amilosa dan amilopektin, untuk
memperoleh sifat-sifat fungsional yang spesifik. Dengan memasukkan gugus
(asetat, hidroksipropil, dan sebagainya) ke dalam molekul, maka sifat-sifat
pati akan berubah.
7.
Siklodekstrin (CD), merupakan produk pati modifikasi yang berbentuk siklis
(ring) yang mengandung 6 – 12 unit glukosa. CD alpha, betha, dan gamma
masing-masing mengandung 6, 7, dan 8 unit glukosa. CD dibuat dari pati dengan
bantuan enzim cyclomaltodextrin glucanotransferase (CGTase). CD dapat pula
dimodifikasi secara kimia sehingga kelarutannya meningkat dalam air atau
depolimerasi menjadi copolimer yang tidak larut. CD mempunyai sifat yang
menarik yaitu dapat melindungi molekul-molekul lain dalam ringnya, oleh karena
itu CD dapat melindungi emulsi dan bahan-bahan yang sensitive terhadap cahaya,
oksigen, dan panas. Aplikasi CD dalam pangan, melindungi bahan flavouring dan
flavor. Supaya rempah-rempah tidak menguap, menutup rasa pahit pada jus buah, meningkatkan
stabilitas emulsi minyak (melindungi minyak dari oksidasi), meningkatkan
kemampuan berbusa dari putih telur, mengontrol, dan menutupi warna produk,
mencegah pengendapan dalam minuman ringan dan buah dalam kaleng dan banyak lagi
pemakaian lainnya.
7.8 Metode Modifikasi Pati
Hidrolisis Asam
Dengan pemberian asam akan
dihasilkan pati termodifikasi dengan beberapa sifat yang membuat produk ini
dapat diterima oleh konsumen. Jika suatu produk kurang disukai maka seringkali
dilakukan perlakuan pendahuluan memperoleh pati dengan sifat fisik yang
diinginkan. Perlakuan pati di bawah titik pembentukan gel pada larutan asam
akan menghasilkan produk dengan viskositas pasta panas yang rendah mempunyai
rasio viskositas pasta dingin dan panas yang tinggi dan angka alkali (alkali
number) yang tinggi dari pati-pati alami.
Dibandingkan dengan pati
aslinya, pati termodifikasi asam menunjukkan sifat-sifat pati yang berbeda,
seperti
(1)
Penurunan
viskositas, sehingga memungkinkan penggunaan pati dalam jumlah yang besar.
(2) Penurunan
kemampuan pengikatan iodine.
(3) Pengurangan
pembengkakan granula selama gelatinisasi.
(4) Penurunan
viskositas intrinsic.
(5)
Peningkatan
kelarutan dalam air panas di bawah suhu gelatinisasi.
(6) Suhu
gelatinisasi lebih rendah.
(7)
Penurunan
tekanan osmotic (penurunan berat molekul).
(8) Peningkatan
rasio viskositas panas terhadap viskositas dingin.
(9) Peningkatan
penyerapan NaOH (bilangan alkali lebih tinggi).
Pati termodifikasi bersifat
tidak larut dalam air dingin dan persamaan sifat birefringence-nya. Konsentrasi asam, temperatur, konsentrasi pati,
dan waktu reaksi dapat bervariasi tergantung dari sifat pati yang diinginkan.
Dari penelitian yang dilakukan
oleh Bechtel (1950) memperlihatkan bahwa:
1. Peningkatan
modifikasi asam menurunkan viskositas pasta panas dan menurunkan kekerasan dan
kekuatan gel.
2. Perlakuan
asam akan menyebabkan penurunan viskositas pasta panas yang lebih cepat
daripada penurunan kekuatan gel.
3. Ratio
viskositas pasta panas dengan kekerasan dan kekuatan penghancuran gel lebih
tinggi pada pati modifikasi asam dari pati tidak termodifikasi dimana
perbandingan keduanya akan meningkat dengan meningkatnya perlakuan asam.
4. Bila
kekuatan pembentukan gel didefinisikan sebagai perbandingan antara viskositas
pasta panas dan viskositas pasta dingin pada kondisi standar pati termodifikasi
asam mempunyai fluiditas yang sama.
7.8.1 Modifikasi Ikatan Silang (Cross-linking)
Seperti
pada umumnya pati yang dipakai dalam industri ditentukan oleh sifat rheologi
dari pasta pati yang dihasilkan dari pati tersebut seperti viskositas, kekuatan
gel, kejernihan dan kestabilan rheologi. Pada pemanasan suspensi pati maka
ikatan primer yang menyusun molekul dalam suatu struktur yang kompak akan pecah
karena terjadinya hidrasi granula mengisap air dan mengembang, sebagian granula
akan mengembang pada suhu yang sangat terbatas, pengembangan terjadi pada dua
tingkat yaitu setelah gelatinisasi dan pendinginan.
Maxwell
dan Radley (1976) mencoba mengembangkan reaksi cross-linking untuk menghambat pengembangan pati dengan tujuan
untuk stabilitas viskositas pasta pati. ”Cross-linking”
dipakai apabila dibutuhkan pati dengan viskositas tinggi atau pati dengan
ketahanan geser yang baik seperti dalam pembuatan pasta dengan pemasakan
kontinu dan pemasakan cepat pada injeksi uap.
Pati
ikatan silang dibuat dengan menambahkan cross-linking
agent dalam suspensi pati pada suhu tertentu dan pH yang sesuai. Jenis cross-linking
agent telah banyak digunakan seperti hepikhlorohidrin, tri-meta phospat
dimana keduanya sering dipakai untuk pembuatan makanan dan juga industri pati. Cross-linking agent lain dipakai dalam
industri adalah aldehid, di-aldehid, vynil sulfon, di-epoksida, 1,3,5
tri-khloro, 1,3,5 tri-akril-5-triazin, n-metil etilen bis-akrilamid,
bis-hidroksi metil etiln urea, dan lain-lain.
7.8.2 Oksidasi Alkali Hipoklorit
Pati
dilarutkan dengan serbuk pemutih (alkali hipoklorit) akan terjadi peningkatan
suhu selama reaksi maka peningkatan suhu ini dikontrol selama pembuatan pati
teroksidasi secara basa. Pati yang lebih kering akan meningkatkan kecepatan
reaksi ini disebabkan mungkin karena adanya hidrasi atau pemanasan. Prosedur
untuk membuat pati teroksidasi dapat dilakukan dengan memberikan 10% larutan
natrium hipoklorit kemudian dilakukan pemanasan pada kondisi air yang sesuai
akan dihasilkan produk kering. Kecepatan oksidasi pati oleh hipoklorit kana
meningkat apabila terdapat kobal, brom, nikel atau sulfat. Untuk pati jagung
pemanasan dapat dilakukan pada suhu 95oC, gambaran mikroskopik
menunjukkan bahwa beberapa dari granula pati menjadi pecah dan berukuran
bermacam-macam dengan rotasi spesifik 198oC. Pewarnaan dengan iodin
akan biru-violet dengan berat molekul yang lebih rendah dari pati alami dan
viskositas pada 25oC sangat tinggi walau terjadi penurunan
konduktivitas larutan. Gel yang dihasilkan setelah dilakukan pemurnian ternyata
meningkat 8 kali lipat produktivitasnya. Kekuatan pereduksi meningkat dan
rotasinya lebih rendah dari pada pati alami. Peningkatan viskositas karena
penurunan ukuran partikel yang disebabkan oleh terbentuk gugus hidrofil yang
menyebabkan peningkatan hidrasi.
terima kasih, artikel ini sangat membantu saya:)
ReplyDelete