Monday, 25 June 2012

TEKNOLOGI MODIFIKASI PATI


TEKNOLOGI MODIFIKASI PATI

7.1 Pendahuluan      
Pati merupakan zat gizi penting dalam diet sehari-hari. Menurut greenwold dan munro (1979) sekitar 80% kebutuhan energy manusia didunia oleh karbohidrat . karbohidrat ini dapat dipenuhi dari sumber seperti biji-bijian (jagung,padi,gandum ), umbi-umbian (ubi kayu , ubi jalar , kentang ) dan batang (sagu) sebagai tempat penyimpanan pati yang merupakan cadangan makanan bagi tanaman.
            Pati memegang peranan penting dalam industry pengolahan pangan secara luas juga dipergunakan dalam industry seperti kertas, lem, tekstil, lumpur pemboran, permen , glukosa , dekstrosa, sirop fruktosa , dan lain-lain. Dalam perdagangan dikenal dua macam pati yang telah dimodifikasi dan pati yang telah dimodifikasi. Pati yang belum dimodifikasi atau pati biasa adalah semua  jenis  pati yang dihasilkan dari pabrik pengolahan dasar misalnya tepung tapioka. Pati alami seperti  tapioka, pati jagung, sagu dan pati-patian lain mempunyai  beberapa kendala jika dipakai sebagai bahan baku dalam industry pangan maupun non pangan. Jika dimasak pati membutuhkan waktu yang lama (hingga butuh energy tinggi ), juga pasta yang terbentuk keras dan tidak bening. Disamping itu sifatnya terlalu lengket dan tidak tahan perlakuan dengan asam . kendala-kendala tersebut menyebabkan pati alami terbatas penggunaannya dalam industri. Padahal sumber dan produksi pati-patian di Negara kita sangat berlimpah, yang terdiri dari tapioca (pati singkong), pati sagu, pati umbi-umbian selain singkong, pati buah-buahan (misalnya pati pisang) dan banyak lagi sumber pati yang belum diproduksi secara komersial.
            Dilain pihak, industri pengguna pati menginginkan patin yang mempunyai kekentalan yang stabil baik pada suhu tinggi maupun rendah, mempunyai ketahanan yang baik terhadap perlakuan mekanisdan daya pengentalannya tahan pada kondisi asam dan suhu tinggi. Sifat-sifat penting yang diinginkan dari pati termodifikasi (yang tidak di miliki oleh pati alam) diantaranya adalah: kecerahannya lebih tinggi (pati lebih putih), retrogradasi yang rendah, kekentalannya lebih rendah, gel yang terbentuk lebih jernih, tekstur gel yang di bentuk lebih lembek, kekuatan regang yang rendah, granula pati lebih mudah pecah, waktu dan suhu gelatinisasi yang lebih tinggi, serta waktu dan suhu granula pati untuk pecah lebih rendah. Modifikasi sifat dan perkembangan teknologi di bidang pengolahan pati, pati alami dapat di modifikasi disini dimaksudkan sebagai perubahan struktur molekul dari yang dapat dilakukan secara kimia, fisik maupun enzimatis.

7.2 Modifikasi Pati
            Pati alami dapat dibuat menjadi pati termodifikasi atau modified starch, dengan sifat-sifat yang dikehendaki atau sesuai dengan kebutuhan. Di bidang pangan pati termodifikasi banyak digunakan dalam pembuatan salad cream, mayonnaise, saus kental, jeli mermable, produk-produk konfeksioneri (permen, coklat dan lain-lain), breaded food, lemon curd, pengganti gum arab dan lain-lain. Sedangkan di bidang non pangan banyak digunakan pada industri kertas (paper coating,surface sizing), industri tekstil (sizing,finishing printing thickening,laundry finishing), bahan bangunan (wall boards,acoustic additive wood pulp, isolasi) dan penggunaan lain misalnya sebagai bahan pencampuran pada pelarut insektisida dan fungisida, bahan pencampur sabun detergen dan sabun batangan.
            Dewasa ini metode yang banyak digunakan untuk memodifikasi pati adalh modifikasi dengan asam, modifikasi dengan enzim, modifikasi dengan oksidasi dan modifikasi ikatan silang. Setiap metode modifikasi tersebut menghasilkan pati termodifikasi dengan sifat berbeda-beda. Modifikasi dengan asam akan menghasilkan pati dengan sefat lebih encer jika dilarutkan, lebih mudah larut, dan berat molekulnya lebih rendah. Modifikasi dengan enzim, biasanya menggunakan enzim alfaamilase, manghasilkan pati yang kekentalannya setabil pada suhu panas maupun pati dengan sifat lebih jernih, kekuatan regangan dan kekentalannya lebih rendah. Sedangkan modifikasi dengan ikatan silang menghasilkan pati yang kekentalannya tinggi jika dibuat larutan dan lebih tahan perlakuan mekanis.
            Modifikasi dengan asam dilakukan menggunakan asam klotida. Mula-mula pati dicampur dengan larutan klorida pada suhu 37ºC dan dipanaskan, lalu ditambahkan dengan etanol 80 persen dan dilakukan pemusingan untuk memisahkan pati yang telah termodifikasi dari bagian cairan. Endapan pati kemudian dicuci dengan air sampai bebas ion klorida dan dikeringkan sampai kadar air 10 persen. Modifikasi enzimatis dilakukan menggunakan enzim alfa-amilase. Mula-mula larutan pati di panaskan 37ºC kemudian ditambah buffer posfat pH 6,9, lalu ditambahkan larutan enzim alfa-amilase,dan di biarkan bereaksi. Selanjutnya campuran dipanaskan dan ditambah etanol 80%. Campuran kemudian disentrifusi dan endapan pati yang diperoleh dipisahkan, dicuci dan dikeringkan sampai kadar air 10%
            Modifikasi ikatan silang dilakukan dengan cara mereaksikan pati dengan senyawa-senyawa yang dapat membentuk ikatan silang pada suhu pH tertentu. Senyawa yang digunakan antara lain efiklorohidrin, trimeta fosfat, diepoksida dan sebagainya. Pati yang menghasilkan umunya kental dalam bentuk larutannya dibandingkan dengan pati alami. Secara sedrhana modifikasi ikatan silang dilakukan sebagai berikut: Pati di campur air sehingga terbentuk suspensi kental, kemudian pHnya diatur menjadi 9.0 menggunakan sodium hidroksida. Kemudian dilakukan penambahan senyawa pembentukan ikatan silang, misalnya POCI, diikuti dengan penetralan menggunakan asam klorida. Pati kemudian dipisahkan dari bagian cairnya dengan cara pemusingan atau sentrifugasi. Endapan pati di cuci dengan air sampai bebas dari ion-ion klorida, lalu dikeringkan(dengan oven 50ºC atau dijemur) dan setelah kering di giling kembali.

7.3  Karakteristik Pati
a.   Struktur Pati
Pati adalah karbohidrat yang merupakan polimer glukosa yang terdiri dari amilosa dan amilopektin dimana besarnya perbandingan amilosa dan amiloektin ini berbeda-beda tergantung jenis patinya. Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai karbonnya, serta lurus atau bercabang. Dalam bentuk aslinya secara alami pati merupakana butiran-butiran kecil yang disebut granula. Bentuk dan ukuran granula merupkan karakteristik setiap jenis pati, karena itu digunakan untuk identifikasi (Hill dan Kelly, 1942).
Bentuk dan ukuran ganula pati berbeda-beda tergantung dari sumber tanamannya. Granula pati beras memiliki ukuran yang kecil (3-8 µm), berbentuk poligonal dan cenderung terjadi agregasi atau bergumpal-gumpal. Granula pati jagung agak lebih besar (sekitar 15 µm), berbentuk bulat ke arah poligonal. Granula tapioka berukuran lebih besar (sekitar 20 µm), berbentuk agak bulat dan pada salah satu bagian ujunnya berbentuk kerucut. Granula pati gandum cenderung berkelompok dengan berbagai ukuran. Ukuran normalnya adalah 18 µm, granula yang lebih besar berukuran rata-rata 24 µm dan granula yang lebih kecil berukuran 7-8 µm. Bentuk granula pati gandum adalah bulat sampai lonjong. Pati kentang berbentuk oval dan sangat besar, berukuran rata-rata 30-50 µm.

Table.  Karakteristik granula pati
Pati
Tipe
Diameter (µm)
Bentuk
Jagung
Biji-bijian
15
Melingkar, poliginal
Kentang
Umbi-umbian
33
Oval, bulat
Gandum
Biji-bijian
15
Melingkar, lentikuler
Tapioca
Umbi-umbian
33
Oval, kerucut potong

b. Gelatinisasi Pati
Apabila granula pati dipanaskan di dalam air, maka energi panas akan menyebabkan ikatan hidrogen terputus, dan air masuk ke dalam granula pati. Air yang masuk selanjutnya membentuk ikatan hidrogen dengan amilosa dan amilopektin.
Meresapnya air ke dalam granula menyebabkan terjadinya pembengkakan granula pati. Ukuran granula akan meningkat sampai batas tertentu sebelum akhirnya granula pati tersebut pecah. Pecahnya granula menyebabkan bagian amilosa dan amilopektin berdifusi keluar. Proses masuknya air ke dalam pati yang menyebabkan granula mengembang dan akhirnya pecah disebut dengan gelatinisasi, sedangkan suhu dimana terjadinya gelatinisasi disebut dengan suhu gelatinisasi.
Pati yang telah mengalami gelatinisasi akan kehilangan sifat birefringence atau sifat merefleksiukan cahaya terpolarisasi sehingga di bawah mikroskop terlihat hitam putih. Kisaran suhu yang menyebabkan 90% butir pati dalam air panas membengkak sehingga tidak kembali ke bentuk normalnya disebut “Birefringence End Point Temperature” atau disingkat BEPT.

7.4 Granula pati
a.      Amilosa
Amilosa merupakan polimer yang tersusun dari glukosa sebagai monomernya. Tiap-tiap monomer terhubung dengan ikatan 1.6-glikosidik. Amilosa merupakan polimer yang tidak bercabang. Meskipun sebenarnya amylosa dihidrolisa dengan β-amilase pada beberapa jenis pati tidak diperoleh hasil didrolisis yang sempurna (Bank, 1973), β-amilasi menghidrolisis amilosa menjadi unit-unit residu glukosa  dengan memutus ikatan α-(1,4) dari ujung non pereduksi rantai amilosa menghasilkan maltose.

b.      Amilopektin
Amilopektin merupakan polisakarida yang tersusundari monomer α-glokusa. Walaupun tersusun dari monomer yang sama, amilopektin berbeda dengan klarakteristik fisiknya. Secara structural, amilopektin terbentuk dari rantai glukosa yang terikat dengan ikatan 1.6-glikosidik sama dengan amilosa, namun, pada amilopektin terbentuk cabang-cabang dengan ikatan 1,4-glikosidik.
Amilopektin dan amilosa mempunyai sifat fisik yang berbeda. amilosa lebih mudah larut dalam air dibandingkan amilopektin. Bila direaksikan dengan larutan iod; amilosa akan menghasilkan warna biru tua, sementara amilopektin akan menghasilkan warna merah.
Dalam produk makanan amilopektin bersifat merangsang terjadinya proses mekar (puffing) dimana produk makanan yang kandungan amilopektinnya tinggi akan bersifat ringan, porus, garing dan renyah. Kebalikanya,pati yang mengandung amilosa tinggi, cenderung menghasilkan produk yang keras, pejal, karena proses mekarnya secara terbatas.

7.5. Macam-Macam Modifikasi Pati
Pati termodifikasi adalah pati yang gugus hidroksilnya telah diubah lewat suatu reaksi kimia (esterifikasi, sterifikasi dan oksidasi ) atau dengan menggunakan struktur asalnya (flenche, 1985). Sedangkan menurut Glicksman (1969), pati diberi perlakuan tertentu dengan tujuan untuk menghasilkan sifat yang lebih baik. Untuk memperbaiki sifat sebelumnya atau untuk merubah beberapa sifat lainya.
Perlakuan ini dapat mencakup penggunaan panas, asam, alkali, zat pengoksidasi atau bahan kimia lainnya yang akan menghasilkangugus kimia baru dan atau perubahan bentuk, ukuran serta struktur molekul pati. Beberpa metode yang dapat memodifikasi pati antara lain modifikasi dengan pemuliaan tanaman, konversi dengan hidrolisis, cross linking, derivatisasi secara kimia merubah menjadi sirup dan gula serta perubahan sifat-sifat fisik (furia 1968)
Modifikasi dengan konversi dimaksudkan untuk mengurangi viskositas dari pati hingga dapat dimasak dan digunakan pada kosentrasi yang lebih tinggi, pati akan lebih mudah larut dalam air dingin dan memperbaiki sifat kecendrungan pati untuk membentuk gel atau pasta (furia 1968)
Pati yang gugus hidroksilnya telah mengalami perubahan dengan reaksi kimia yang dapat berupa esterifikasi, sterifikasi dan oksidasi (flenche, 1985). Pati yang telah termodifikasi akan mengalami perubahan sifat yang dapat disesuaikan untuk keperluan-keperluan tertentu. Sifat-sifat yang diinginkan adalah pati yang memiliki viskositas yang stabil pada suhu tinggi dan rendah, daya tahan terhadap “sharing” mekanis yang baik serta daya pengental yang tahan terhadap kondisi asam dan suhu sterilisasi (wirakartakusuma, et al, 1989)
Teknik modifikasi dapat dibagi dalam tiga tipe yaitu modifikasi sifat rheologi, modifikasi dengan stabilisasi, dan modifikasi spesifik. Termasuk dalam modifikasi rheologi adalah depolimerisasi dan ikatan silang. Proses depolimerisasi akan menurunkan viskositas dan karena itu dapat digunakan pada tingkat total padatan yang lebih tinggi. Cara yang dapat dilakukan meliputi dekstrinisasi, konversi asam, dan konversi basah dan oksidasi.
Penelitian Murwani (1989) memperlihatkan bahwa modifikasi asam dan oksidan dapat menurunkan viskositas pati jagung. Sifat pati termodifikasi yang dihasilkan dipengaruhi oleh pH, suhu inkubasi dan kosentrasi pati yang digunakan selam proses modifikasi. Sedangkan teknik ikatan silang akan membentuk jebatan antara rantai molekul sehingga didapatkan jaringan makro molekul yang kaku. Cara ini akan merubah sifat rheologi dari pati dan sifat resistensinya terhadap asam.
Modifikasi dengan stabilitas dilakukan melalui reaksi esterifikasi dan eterifikasi. Sebagai hasilnya akan didapatkan pati dengan singkat retrogradasi yang lebih rendahdan stabilitas yang meningkat. Pati termodifikasi komersil dihasilkan dari kombinasi cara stabilisasi dan ikatan silang. Modifikasi spesifik didapat dari reaksi-reaksiyang khas seperti kationisasi, karboksimetilasi, grafting dan oksdasi asam secara periodic

7.6. Aplikasi Pati Termodifikasi Dalam Industri
Pemakaian produk-produk modifikasi pati dalam industry adalah sebagai berikut :
-          Thin Boilling starch terutama digunakan dalam pembuatan gypsum wallboard dan juga digunakan gumdrop candies serta sizing tekstil.
-          Pati teroksidai, pemakaian terbesarnya adalah pada pabrik kertas kualitas tinggi
-          Pati ikatan silang dimana pati ini memilki banyak kegunaannya, dalam industry kertas pati ini dicampur dalam pulp sehingga kertas yang dihasilkan lebih kuat. Sebagian pati ini digunakan dalam pembuatan makanan instant, misalnya pudding dan sebagai control terhadap viskositas lumpur pemboran
-          Pati ikatan silang, digunakan dalam bahan pangan sebagia filling pengalengan sop, gravy saus kegunaan dalam penyiapan pangan lain seperti untuk pembuatan makanan bayi dan salad dressing. Penggunaan diluar pangan sangat beraneka ragam termasuk didalamnya memberi sifat kedap air pada kotak kardus, sizing tekstil dan kertas
-          Turunan-turunan pati, seperti pati kationik dalam pabrik kertas dipergunakan untuk aditif dan sebagai emulsifier pati hidroksi alkil banyak digunak untuk surface sizing pada kertas dan untuk paper coating dan beberpa penggunaan lainnya.

7.7 Prinsip Dasar Untuk Memperoleh Produk Pati Termodifikasi
1.      Thin Boiling Starch diperoleh dengan cara mengasamkan suspensi pati pada pH tertentu dan memanaskannya pada suhu tertentu sampai diperoleh derajat konversi atau modifikasi yang diinginkan. Kemudian dilakukan penetralan, penyaringan, pencucian, dan pengeringan. Pengaruh dari pH dan sushu sehingga menyebabkan sebagaian pati terhidrolisis menjadi dekstrin maka dihasilkan pati dengan viskositas yang rendah.
2.      Pati teroksidasi, diperoleh dengan cara mengoksidasi pati dengan senyawa-senyawa pengoksidasi (oksidan) dengan bantuan katalis yang umumnya adalah logam berat atau garam dari logam berat yang dilakukan pada pH tertentu, suhu dan waktu reaksi yang sesuai.
3.      Pregelatinized Starch, pati ini diperoleh dengan cara memasak pati pada suhu pemasakan, kemudian mengeringkannya dengan menggunakan rol-rol (drum drying) yang dipanaskan dengan cara melewatkannya. Pregelatinisasi pati mempunyai sifat umum yaitu terdispersi dalam air dingin. Parameter pengeringan seperti rol dan gap antar rol dapat mempengaruhi sifat dan karakteristik dari pati yang diperoleh seperti, produk yang halus dan lembut memberikan viskositas yang tinggi dari dispersi tetapi cenderung menyerap air terlalu cepat menyebabkan produk menjadi lembek, hal ini dapat dicegah dengan pemberian hidrofobik agent pada partikel. Bentuk dan karakteristik densitas mempengaruhi karena terbentuknya lapisan yang tebal dan padat serta mempunyai tingkat absorbsi air yang rendah, viskositas pasta panas yang tinggi dan viskositas pasta dingin yang rendah.
4.      Pati ikatan silang (cross-lingking), dimana pati ini diperoleh dengan cara perlakuan kimia yaitu dengan penambahan cross-lingking agent yang dapat menyebabkan terbentuknya ikatan-ikatan (jembatan) baru antar molekul di dalam pati itu sendiri atau diantara molekul pati yang satu dengan molekul pati yang lain.
5.      Dekstrin, dibuat dari pati melalui proses enzimatik atau proses asam yang disertai perlakuan pemanasan. Sifat-sifat yang penting dari dekstrin ialah viskositas menurun, kelarutan dalam air dingin meningkat dan kadar gula menurun.
6.      Turunan pati, pati termodifikasi ini dibuat dengan mereaksikan pati dengan pereaksi monofungsional untuk memasukkan gugus-gugus pengganti pada gugus hidroksil. Kegunaan proses ini adalah utnuk menstabilkan amilosa dan amilopektin, untuk memperoleh sifat-sifat fungsional yang spesifik. Dengan memasukkan gugus (asetat, hidroksipropil, dan sebagainya) ke dalam molekul, maka sifat-sifat pati akan berubah.
7.      Siklodekstrin (CD), merupakan produk pati modifikasi yang berbentuk siklis (ring) yang mengandung 6 – 12 unit glukosa. CD alpha, betha, dan gamma masing-masing mengandung 6, 7, dan 8 unit glukosa. CD dibuat dari pati dengan bantuan enzim cyclomaltodextrin glucanotransferase (CGTase). CD dapat pula dimodifikasi secara kimia sehingga kelarutannya meningkat dalam air atau depolimerasi menjadi copolimer yang tidak larut. CD mempunyai sifat yang menarik yaitu dapat melindungi molekul-molekul lain dalam ringnya, oleh karena itu CD dapat melindungi emulsi dan bahan-bahan yang sensitive terhadap cahaya, oksigen, dan panas. Aplikasi CD dalam pangan, melindungi bahan flavouring dan flavor. Supaya rempah-rempah tidak menguap, menutup rasa pahit pada jus buah, meningkatkan stabilitas emulsi minyak (melindungi minyak dari oksidasi), meningkatkan kemampuan berbusa dari putih telur, mengontrol, dan menutupi warna produk, mencegah pengendapan dalam minuman ringan dan buah dalam kaleng dan banyak lagi pemakaian lainnya.




7.8 Metode Modifikasi Pati
Hidrolisis Asam
Dengan pemberian asam akan dihasilkan pati termodifikasi dengan beberapa sifat yang membuat produk ini dapat diterima oleh konsumen. Jika suatu produk kurang disukai maka seringkali dilakukan perlakuan pendahuluan memperoleh pati dengan sifat fisik yang diinginkan. Perlakuan pati di bawah titik pembentukan gel pada larutan asam akan menghasilkan produk dengan viskositas pasta panas yang rendah mempunyai rasio viskositas pasta dingin dan panas yang tinggi dan angka alkali (alkali number) yang tinggi dari pati-pati alami.
Dibandingkan dengan pati aslinya, pati termodifikasi asam menunjukkan sifat-sifat pati yang berbeda, seperti
(1)   Penurunan viskositas, sehingga memungkinkan penggunaan pati dalam jumlah yang besar.
(2)   Penurunan kemampuan pengikatan iodine.
(3)   Pengurangan pembengkakan granula selama gelatinisasi.
(4)   Penurunan viskositas intrinsic.
(5)   Peningkatan kelarutan dalam air panas di bawah suhu gelatinisasi.
(6)   Suhu gelatinisasi lebih rendah.
(7)   Penurunan tekanan osmotic (penurunan berat molekul).
(8)   Peningkatan rasio viskositas panas terhadap viskositas dingin.
(9)   Peningkatan penyerapan NaOH (bilangan alkali lebih tinggi).
Pati termodifikasi bersifat tidak larut dalam air dingin dan persamaan sifat birefringence-nya. Konsentrasi asam, temperatur, konsentrasi pati, dan waktu reaksi dapat bervariasi tergantung dari sifat pati yang diinginkan.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Bechtel (1950) memperlihatkan bahwa:
1.      Peningkatan modifikasi asam menurunkan viskositas pasta panas dan menurunkan kekerasan dan kekuatan gel.
2.      Perlakuan asam akan menyebabkan penurunan viskositas pasta panas yang lebih cepat daripada penurunan kekuatan gel.
3.      Ratio viskositas pasta panas dengan kekerasan dan kekuatan penghancuran gel lebih tinggi pada pati modifikasi asam dari pati tidak termodifikasi dimana perbandingan keduanya akan meningkat dengan meningkatnya perlakuan asam.
4.      Bila kekuatan pembentukan gel didefinisikan sebagai perbandingan antara viskositas pasta panas dan viskositas pasta dingin pada kondisi standar pati termodifikasi asam mempunyai fluiditas yang sama.
7.8.1 Modifikasi Ikatan Silang (Cross-linking)
            Seperti pada umumnya pati yang dipakai dalam industri ditentukan oleh sifat rheologi dari pasta pati yang dihasilkan dari pati tersebut seperti viskositas, kekuatan gel, kejernihan dan kestabilan rheologi. Pada pemanasan suspensi pati maka ikatan primer yang menyusun molekul dalam suatu struktur yang kompak akan pecah karena terjadinya hidrasi granula mengisap air dan mengembang, sebagian granula akan mengembang pada suhu yang sangat terbatas, pengembangan terjadi pada dua tingkat yaitu setelah gelatinisasi dan pendinginan.
            Maxwell dan Radley (1976) mencoba mengembangkan reaksi cross-linking untuk menghambat pengembangan pati dengan tujuan untuk stabilitas viskositas pasta pati. ”Cross-linking” dipakai apabila dibutuhkan pati dengan viskositas tinggi atau pati dengan ketahanan geser yang baik seperti dalam pembuatan pasta dengan pemasakan kontinu dan pemasakan cepat pada injeksi uap.
            Pati ikatan silang dibuat dengan menambahkan cross-linking agent dalam suspensi pati pada suhu tertentu dan pH yang sesuai.  Jenis cross-linking agent telah banyak digunakan seperti hepikhlorohidrin, tri-meta phospat dimana keduanya sering dipakai untuk pembuatan makanan dan juga industri pati. Cross-linking agent lain dipakai dalam industri adalah aldehid, di-aldehid, vynil sulfon, di-epoksida, 1,3,5 tri-khloro, 1,3,5 tri-akril-5-triazin, n-metil etilen bis-akrilamid, bis-hidroksi metil etiln urea, dan lain-lain.

7.8.2 Oksidasi Alkali Hipoklorit
            Pati dilarutkan dengan serbuk pemutih (alkali hipoklorit) akan terjadi peningkatan suhu selama reaksi maka peningkatan suhu ini dikontrol selama pembuatan pati teroksidasi secara basa. Pati yang lebih kering akan meningkatkan kecepatan reaksi ini disebabkan mungkin karena adanya hidrasi atau pemanasan. Prosedur untuk membuat pati teroksidasi dapat dilakukan dengan memberikan 10% larutan natrium hipoklorit kemudian dilakukan pemanasan pada kondisi air yang sesuai akan dihasilkan produk kering. Kecepatan oksidasi pati oleh hipoklorit kana meningkat apabila terdapat kobal, brom, nikel atau sulfat. Untuk pati jagung pemanasan dapat dilakukan pada suhu 95oC, gambaran mikroskopik menunjukkan bahwa beberapa dari granula pati menjadi pecah dan berukuran bermacam-macam dengan rotasi spesifik 198oC. Pewarnaan dengan iodin akan biru-violet dengan berat molekul yang lebih rendah dari pati alami dan viskositas pada 25oC sangat tinggi walau terjadi penurunan konduktivitas larutan. Gel yang dihasilkan setelah dilakukan pemurnian ternyata meningkat 8 kali lipat produktivitasnya. Kekuatan pereduksi meningkat dan rotasinya lebih rendah dari pada pati alami. Peningkatan viskositas karena penurunan ukuran partikel yang disebabkan oleh terbentuk gugus hidrofil yang menyebabkan peningkatan hidrasi.

1 comment: