Saturday, 23 June 2012

Pengukuran Pencemaran Udara


I.Pendahuluan

Kebanyakan orang memahami benar mengenai  pentingya pengukuran pencemaran udara. Kebanyakan orang awam tidak mengetahui tentang pengukuran-pengukuran teliti yang harus terlebih dahulu dilakukan agar dapat melaksanakan pengendalian  secara efektif.
Pengukuran-pengukuran  itu penting,pertama untuk menetapkan tingkat pencemaran udara yang dapat diterima dengan memperhatikan data biologi yang relevan pada manusia dan hewan. Kedua,pengukuran itu perlu dilakukan berbagai tempat untuk menentukan sumber-sumber pencemaran dan derajat pengendalian yang diperlukan.      Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.   Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global.         Kelembaban udara bergantung pada konsentrasi uap air, dan H2O yang berbeda-beda konsentrasinya di setiap daerah. Kondisi udara di dalam  atmosfer tidak pernah ditemukan dalam keadaan bersih, melainkan sudah tercampur dengan gas-gas lain dan partikulat-partikulat yang tidak kita perlukan. Gas-gas dan partikulat-partikulat yang berasal dari aktivitas alam dan juga yang dihasilkan dari aktivitas manusia ini terus-menerus masuk ke dalam udara dan mengotori/mencemari udara di lapisan atmosfer khususnya lapisan troposfer. Apabila bahan pencemar tersebut dari hasil pengukuran dengan parameter yang telah ditentukan oleh WHO konsentrasi bahan pencemarnya melewati ambang batas (konsentrasi yang masih bisa diatasi), maka udara dinyatakan dalam keadaan tercemar. Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam atau lebih bahan pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi seperti gas-gas CO, CO2, SO2, SO3, gas dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti suhu yang sangat tinggi bagi ukuran manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Adanya gas-gas tersebut dan partikulat-partikulat dengan konsentrasi melewati ambang batas, maka udara di daerah tersebut dinyatakan sudah tercemar. Dengan menggunakan parameter konsentrasi zat pencemar dan waktu lamanya kontak antara bahan pencemar atau polutan dengan lingkungan (udara), WHO menetapkan empat tingkatan pencemaran sebagai berikut:
  • Pencemaran tingkat pertama; yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian bagi manusia.
  • Pencemaran tingkat kedua; yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan kerugian bagi manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita.
  • Pencemaran tingkat ketiga; yaitu pencemaran yang sudah dapat bereaksi pada faal tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis.
  • Pencemaran tingkat keempat; yaitu pencemaran yang telah menimbulkan sakit akut dan kematian bagi manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Gas-gas CO, SO2, H2S, partikulat padat dan partikulat cair yang dapat mencemari udara secara alami ini disebut bahan pencemar udara alami, sedangkan yang dihasilkan karena kegiatan manusia disebut bahan pencemar buatan.
Sumber bahan pencemar udara ada lima macam yang merupakan penyebab utama (sekitar 90%) terjadinya pencemaran udara global di seluruh dunia yaitu:
  1. Gas karbon monoksida, CO
  2. Gas-gas nitrogen oksida, NOx
  3. Gas hidrokarbon, CH
  4. Gas belerang oksida, SOx
  5. Partikulat-partikulat (padat dan cair)
Gas karbon monoksida merupakan bahan pencemar yang paling banyak terdapat di udara, sedangkan bahan pencemar berupa partikulat (padat maupun cair) merupakan bahan pencemar yang sangat berbahaya (sifat racunnya sekitar 107 kali dari sifat racunnya gas karbon monoksida).
a. Gas karbon monoksida, CO
Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa, titik didih -192º C, tidak larut dalam air dan beratnya 96,5% dari berat udara. Reaksi-reaksi yang menghasilkan gas karbon monoksida antara lain:
  • Pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar atau senyawa­ senyawa karbon lainnya:
2 C + O 2 ? 2 CO
  • Reaksi antara gas karbon dioksida dengan karbon dalam proses industri yang terjadi dalam tanur:
CO2 + C ? 2 CO
  • Penguraian gas karbon dioksida pada suhu tinggi:
2 CO2 ? 2 CO + O 2
  • Gas karbon monoksida yang dihasilkan secara alami yang masuk ke atmosfer lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang dihasilkan dari kegiatan manusia.
b. Gas-gas Nitrogen oksida, NOx
Gas-gas Nitrogen oksida yang ada di udara adalah Nitrogen monoksida NO, dan Nitrogen dioksida NO2 termasuk bahan pencemar udara. Gas Nitrogen monoksida tidak berwarna, tidak berbau, tetapi gas nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam dan menyebabkan orang menjadi lemas. Reaksi-reaksi yang menghasilkan gas NO dan NO2 antara lain:
(1210 – 1765)ºC
2 N + O2  ? 2 NO
2 NO + O2 ? 2 NO
c. Hidrokarbon CH
Sumber terbesar senyawa hidrokarbon adalah tumbuh­tumbuhan. Gas metana CH4 adalah senyawa hidrokarbon yang banyak dihasilkan dari penguraian senyawa organik oleh bakteri anaerob yang terjadi dalam air, dalam tanah dan dalam sedimen yang masuk ke dalam lapisan atmosfer:
2 (CH2O)n ? CO2 + CH4
d. Gas-gas belerang oksida SOx
Gas belerang dioksida SO2 tidak berwarna, dan berbau sangat tajam. Gas belerang dioksida dihasilkan dari pembakaran senyawa­senyawa yang mengandung unsur belerang. Gas belerang dioksida SO2 terdapat di udara biasanya bercampur dengan gas belerang trioksida SO3 dan campuran ini diberi simbol sebagai SOx.
S + O2 ? SO2
2 SO2 + O 2 ? 2 SO3
e. Partikulat
Yang dimaksud dengan partikulat adalah berupa butiran-butiran kecil zat padat dan tetes-tetes air. Partikulat-partikulat ini banyak terdapat dalam lapisan atmosfer dan merupakan bahan pencemar udara yang sangat berbahaya.
Di atas telah Anda pelajari bahwa pencemaran udara dapat memberikan dampak negatif bagi makhluk hidup, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kebakaran hutan dan gunung api yang meletus menyebabkan banyak hewan yang kehilangan tempat berlindung, banyak hewan dan tumbuhan mati bahkan punah. Gas-gas oksida belerang (SO2 dan SO3) bereaksi dengan uap air, dan air hujan dapat menyebabkan terjadinya hujan asam yang dapat merusak gedung-gedung, jembatan, patung-patung sehingga mengakibatkan tumbuhan mati atau tidak bisa tumbuh. Gas karbon monoksida bila terhisap masuk ke dalam paru-paru bereaksi dengan haemoglobin menyebabkan terjadinya keracunan darah dan masih banyak lagi dampak negatif yang disebabkan oleh pencemaran udara.
a.Satuan-satuan pengukuran pencemaran
            Kuantitas pencemaran dapat dinyatakan atasa dasar volume atau dasar massa. Untuk yang berdasarkan massa, satuan yang tepatialah gram/cm3 atau pon massa ft3. Satuan volumetric biasa digunakan sebagai bagian per sejuta(part per million,atau ppm) yang didefinisikan sebagai :
1 ppm =           1 volume gas pencemar
                   106 volume(udara + pencemar)

Atau 0,0001 persen volume = 1ppm

Untuk mengubah satuan volumetric menjadfi satuan berdasarkan massa,kita tentu harus mengetahui bobot molekul bahan pencemar itu agar dapat menghitung volumenya pada suhu dan tekanan tertentu.Andaikan perangai gas ideal,konversi itu dilakukan dengan


gambar 5.jpg

Dimana :
           mp/v   = konsentarasi masa pencemar(kg/m3)
              Mp   = bobot molekul pencemar (gr/mol)
              P     = tekanan total campuran udara dan zat pencemar(atm)
              R     = konstanta gas universal
             T      = suhu absolute campuran(K)

Satuan yang lebih umum adalah microgram per meter kubik.
               1kg/m3 = 109g/m3

Konsentrasi-konsentrasi volumetric dan massa yang setara untuk beberapa zat pencemar biasa dib erikan table 7-1
  


Tabel 7-1 konsentrasi massa 1ppm zat pencemar biasa pada 1 atm

Zat Pencemar
Konsentrasi massa (g/m3)
0o
25o
Karbon monoksida(CO)
1250
1145
Nitrogen oksida(NO)
-
1230
Nitrogen dioksida(NO2)
-
1880
Ozon(03)
2141
1962
PAN[CH3(CO)O2NO2]
5398
4945
Sulfur dioksida(SO2)
2860
2620


b.Rentet Umum Pengambilan Contoh Udara

Pada gambar 7-1 diperlihatakan  rentet umum pengambilan contoh udara.Tidak semua penerapan harus                                                                                                                  
Menggunakan keseluruhan unsure perangkat itu.Perangkap pengambilan contoh terdiri dari 4 bagian dasar :
1.Peranti –peranti persiapan Contoh
2.Peralatan pengambilan contoh
3.Peranti ukur
4.Sumber  vakum

 
Peranti-peranti persiapan contoh mengubah contoh masuk sehingga komponen gas atau partikel yang dikehendaki dapat dikumpulkan dengan mudah .Persiapan itu terdiri dari :
1.Penyaringan
2.Pengeringan untuk  mengeluarkan kelembaban
3.Penjenuhan dengan uap air
4.Berbagai reaksi untuk mengeluarkan bahan pencemar yang tidak dikehendaki yang dapat mengganggu pengukuran nanti.
            Dalam berbagai pengumpulan contoh,pencemaran berbentuk gas atau butifran dikeluarkan dari udara dengan salah satu  metode dibawah ini :

Pengumpulan gas:

>Adsorpsi pada permukaan zat padat
>Absorpsi dengan reaksi kimia ke dalam zat cair
>kondensdasi kedalam perangkap beku pisah

Pengumpulan butiran:

>penyaringan
>pemisahan dengan sedimentasi(pengendapan)

            Jika sudah terkumpul,contoh diukur secara kuantitatif,sesudah pengumpulan contoh,laju aliran,suhu dan tekanan  diukur dengan metode-metode yang telah diuraikan pada bahaasan pokok terdahulu.Udara ditarik  dengan bantuan sumber penghampa(vakum).Untuk melindungi sumber vakum itu,pada pengukuran dipasang penyaringan atau pemisah.Sebagai catatan bahwa semua penghubung harus bersifat nonreaktif terhadap zat pencemar yang akan  diukur.

c.Teknik Pengambilan Contoh
      Ada beberapa metode untuk menumpulkan contoh-contoh berwujud gas dari contoh udara:

1.Teknik Absorbsi
      Dalam teknik absorpsi ini contoh udara dibuat menggelembung –gelembung melalui zat cair tertentu sehingga zat pencemar yang dikandungnya diserap dengan reaksi kimia. Proses absorbsi terjadi didalam kolom absorbsi yang berbentuk silinder. Laju absorbsi dipengaruhi oleh laju aliran gas melalui absorber, konsentrasi larutan penyerap dan waktu kontak menyeluruh. Setelah diserap zat cair pereaksi itu dianalisis untuk menentukan konsentrasi komponen yang sebanding dengan gas pencemarsemula.

2.Teknik Adsorbsi
      Dalam proses adsorbsi molekul gas yang akan dianalisis ditempatkan dalam keadaan kontak dengan permukaan zat padat, dimana molekul gas itu melekat. Contoh zat padat yang biasa digunakan dalam proses ini adalah karbon aktif, alumina(AlO2) aktif, dan gel silika (SiO2). Zat padat itu dapat dicuci dengan zat pereaksi yang lalu menyerap (adsorbsi) pencemar yang kemudian dianalisis.

3.Teknik Kondensasi dan Teknik Beku Pisah
      Jika contoh udara itu dilewatkan melalui kamar-kamar pendingin yang dijaga pada suhu sangat. Hal ini dapat menyebabkan berbagai komponen gas itu mengkondensasi atau membeku dan terpisah.

d. Teknik pengambilan contoh butiran
      Ukuran bahan-bahan butiran yang ditemukan dalam pencemaran udara sangat bervariasi berkisar 0,001 sampai 500 µm, dimana kebanyakan partikel atmosfer jauth diantara 0,1 dan 10 µm.untuk partikel yang sangat kecil yaitu dibawah 0,1 µm, gerakkan dan perpindahan sangat ditentukan oleh tumbukan molekul, sedang yang lebih besar dari 20 µm cenderung untuk mengendap keluar dari atmosfer dan mengumpul lingkungan lokalnya.


1. Pengendapan dan sedimentasi
      Salah satu mekanisme pengumpulan contoh lain ialah berupa bejana sederhana yang diletakkan di tempat yang tepat dan mengamatinya setelah beberapa waktu.jadi pencemaran butiran dari pabrik pengecoran besi diukur dengan menempatkan sebuah bejana disekitar pabrik itu dan mengukur akumulasi butiran setelah beberapa hari.

2.Pengumpulan dengan cara mekanik
      Contoh gas dikumpulkan dalam bejana yang terlebih dahulu divakumkan dan ditutup. Setelah terkumpul, contoh itu lalu sianalisis si laboratorium.


3.Teknik filtrasi
      Dengan menggunakan sumber vakumperangkat pengambilan contoh, Kita dapat melewatkan suatu volume tertentuudara melintasi penyaring(filter) yang tepat untuk mengumpulkan benda-benda butiran.setelah beberapa waktu, dikeluarkan dan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
      Salah satu teknik pengumpulan dengan filtrasi menggunakan pengambil contoh volume besar yang dilengkapi dengan motor sapu penyedot debu untuk menarik contoh itu melintas filter besar yang terbuat dari kertas serat.


4.Kolektor tubruk dan presipitator
      Dalam piranti pengumpulan contoh yang bekerja atas dasar tubrukan, contoh udara mula-mula dipercepat hingga kecepatan tinggi lalu dipaksa mengalami perubahan arah dengan cepat.dalam beberapa piranti tertentu permukaan itu dibuat basah dan butiran-butiran yang terkumpul dibuat dihanyutkan dengan zat cair itu. Pada piranti yang kering, biasanya digunakan susunan kaskade, dimana arus itu mendapat kecepatan yang makin lama makin tinggi, dan dengan demikian memisahkan butiran-butiran yang makin kecil pula.
      Presipitator elektrostatik merupakan alat yang paling efisien untuk mengumpulkan partikel. Contoh udara dihisap melalui kisi kawat yang bermuatan 12 sampai 30 kV. Partikel-partikel itu menjadi bermuatan pula, dan selanjutnya dikumpulkan pada plat pengumpul yang mempunyai muatan berlawanan. Bila piranti itu dimatikan, partikel-partikel itu dapat dikeluarkan dari plat dan dianalisa di laboratorium.


e.Pengukuran Sulfur Dioksida
      Ada beberapa teknik yang digunakan untuk pengukuran SO2 sulfur dioksida tinul sebagai akibat pembakaran bahan hidrokarbon yang mengandung banyak belerang dan merupakan suatu sumber utama pencemaran udara. Oleh karena itu banyaknya industri yang membakar batu bara atau minyak baker yang mengandung kadar belerang tinggi, teknik-teknik pengukuran ini luas juga penerapannya.

1.Analisa SO2 Dengan Cara Kolorimetri
      Dalam gambar 7-2 digambarkan apparatus dasar untuk penentuan SO2 dengan kolorimetri. Contoh udara ditarik dengan pompa vakum melalui piranti pengukuran  aliran masuk dan kemudian masuk ke pembasuh piring berputar. Permukaan piring-piring itu dibasahi dengan penyerap sehingga terdapat permukaan yang luas untuk bersinggungan dengan gas. Hal ini menyebabkan kecepatan dan tanggapan absorbsi menjadi tinggi pula. Larutan sekarang yang mengandung pencemar lalu dicampur dengan pereaksi pararosalina putih dan dibiarkan mengalir melalui lilitan untuk memberi waktu bagi berkembangnya rekasi pembentukan warna.
      Sumber cahaya disaring dan dilewatkan melalui pemenggal yang dijalankan dengan motor untuk mendapatkan sumber bolak-balik yang dapat diamplikasikan secara elektronik. Dua fotosel cadmium-sulfida yang sepasang digunakan untuk mengindera transmisi cahaya dari sel pengindera yang berisi contoh itu, yang telah mengalami reaksi kolorimetri dan juga dari sel rujukan yang berisi zat pereaksi (reagent). Keluaran kedua sel itu dibandingkan dengan rangkaian deteksi elektronik yang mengirimkan pula tegangan keluaran ke suatu perekam.


Skema Penentuan SO2 secara Kolorimetri

2.Analisa SO2 Cara Elektrokonduktivitas
               Pengukuran elektrokonduktivitas menghasilkan ion sulfat yang mengubah
konduktivitas larutan, sebanding dengan SO2 yang ada. Dengan menggunakan air
sebagai pereaksi kita dapatkan reaksi:

H2O +SO2 ──►H2SO3
H2SO3 +1/2 O2 ──►H2SO4

sebagai alternatif kita dapat memakai H2O2 dalam hal ini, kita tidak akan mengalami banyak gangguan dari gas-gas seperti CO2

H2O2+SO2──► H2SO4

               Prinsip kerjanya ialah zat pereaksi dilewattkan terlebih dahulu melalui sel rujukan, kemudian melalui kolom absorbsi dimana contoh udara itu bercampur di dalam proses aliran arus berlawanan. SO2 diserap di dalam pereaksi, dan larutan baru yang terjadi dilewatkan melalui sel pengukur konduktivitas. Pada sel konduktivitas itu diberikan tegangan arus bolak-balik dan arusnya diukur untuk menghitung tahanannnya. kalibrasi tingkat nol dilakukan dengan mengalirkan  udara tersebut melalui kapur soda untuk memisahkan semua SO2 untuk kondisi ini. Konduktivitas sel rujukan dan sel pengukur harus sama dan karena itu dapat dipakai untuk menetapkan tingkat keluaran.


 
3.Analisa SO2 Cara Coulometri
               Untuk melakukan anlisi dengan coulometri, sel detector dibuat seperti pada gambar. sel tersebut mengandung larutan dapar KI yang membangkitkan I2 pada anoda menurut persamaan reaksi:

2I- ──►I2 +2e

               Bila contoh udara yang mengandung SO2 ditarik ke dalam sel itu, maka ia bereaksi dengan I2 sehungga dipisahkan dari sel. I2 yang tidak bereaksi kemudian direduksi menjadi I- pada katoda. Sebagai akibat reaksi itu, elektroda rujukan akan dapat mendeteksi perbedaan antara arus anoda dan katoda sebagai berikut:

Ir  = Ia – Ic

               Arus ini kemudian diperkuat untuk mendapatkan keluaran yang sebanding dengan konsentrasi SO2.


f.Pengukuran Hasil Pembakaran
               Analisa hasil pembakaran tidak saja penting untuk pengendalaian pencemaran udara, tetapi juga untuk menjaga agar laju pembakaran dan penggunaan energi berlangsung efisien.
               Pada gambar 7-5 terlihat apparatus sederhana yang digunakan untuk menganalisis hasil pembakaran. Alat itu terdiri dari sebuah buret ukur dan tiga buah pipet pereaksi yang digunakan berturut-turut untuk menyerap karbon dioksida, oksigen, dan karbon monoksidadari campuran itu. Mula-mula hasil pembakaran ditarik kedalam buret ukur. Kemudian manifold pengambilan contoh ditutup dan contoh itu didorong masuk ke pipet pereaksi pertama, dimana karbo dioksida diserap. Contoh itu dikembalikan ke buret ukur dan penurunan volume dicatat. Prosedur ini diulangi lagi dengan kedua pipet berikutnya. Yang masing-masiing secara berturut-turut menyerap O2 dan CO. dalam proses pengukuran volumetric zat-zat tersebut didapatkan atas dasar kering artinya tanpa memperhitungkan uap air yang ada. 
               Sebagai pereaksi biasanya digunakan kalium hoidroksida untuk menyerap karbon dioksida. Untuk menyerap oksigen digunakan campuran asam pirogalat dan larutan kalium hidroksida, sedang kupro klorida digunakan untuk menyerap karbon monoksida.

 
g. Pengukuran keburaman
            Keburaman arus gas yang keluar dari cerobong asap memang merupakan ukuran konsentrasi  zat butiran didalam gas itu.Namun warna gas buangan bergantung pada bahan butirana apa yang terdapat dalam proses itu.
            Ungtuk membantu penmbakuan pengamatan visual telah dikembangkan system peta asap ringleman.lima buah cart disusun denagn peningkatan kehitaman yang teratur seperti terlihat pada table 7-2./Pengamatan lalu dilatih untuk membandingkan pengamatannya dengan cart tersebut.Daalam proses latihan,cart tersebut ditempatkan pada jarak 50ft dari pengamatan,pada garis pandang yang sama denagn asap itu.pada jarak itu,cart-cart terssebut akan tampak seperti  beberapa tingkat keabu-abuan.dalam pengamatan itu,pengamat harus berdiri membelakangi matahari.Untuk latihan,pengukuran trabsmisi optic dapat pula dilaakukan pada asap untuk dikolerasikan.

Tabel 7-2 garis pisah untuk pembuatan cart

Cart Ringleman
Tebal garis hitam,mm
Tebal bidang putih,mm
% hitam
0
Putih semua

0
1
1
9
20
2
2,3
7,7
40
3
3,7
6,3
60
4
5,5
4,5
80
5
Hitam semua

100


Keburaman buangan cerobong dapat dengan mudah diubah tanpa mengubah emisi total pencemar.Oleh karena keburaman merupakan fungsi  dari panjang lintas optic,salah satu cara untuk mengubah keburaman ialah memperkecil diameter cerobong dan meningkatkan kecepatan aliran.cara lain ialah  menambah jumlah cerobong yang digunakan.peraturan-peraturan  pengenddalian pencemaran udara sering tidak memungkinkan penggunaan teknik-teknik tersebut bila pabrik itu sudah dituduh mempunyai keburaman buangan terlalu tinggi.

h. Pengukuran Bau

            Setiap orang akan berbeda reaksinya mengenai bau tertentu.Secara ideal,kita tentu ingin menyatakan tingkat abau dengan konsentrasi zat bau dalam bagian  persejuta(ppm) atau microgram permeter kubik.Teknik yang biasa digunakan ialah memberikan berbagai konsentrasi  zat bau kepada sekelompok orang dan meminta setiap anggota kelompom itu memberikan penilaian denagn skala :
            5 Bau tak tertahankan
            4 Sangat berbau
            3 Bau mudah tercium
            2 Agak berbau
            1 Hampir tidak berbau
            0 tidak berbau
             
            Skala ini dapat diterapkan terhadap intensitas bau,mudahnya bau itu menjalar dan tingkat bau itu disukai atau tidak disukai.
P=K log S
            Bila data telah terkumpul,memenuhi hubungan,dimana P adalah respon indra manusia,atau intensitas(dari 0 sampai 5),dan S adalah rasio konsentrasi dalam bagian persejuta terhadap respon 0.K ialah konstanta yang besarnya antara 0,3 dan 0,6,bergantung pada jenis zat bau.Dengan menggunakan teknik-teknik seperti itu,kita dapat menentukan ambang bau berbagai zat,seperti pada table 7-3.

1 satuan bau=kunatitas zat bau yang mencemarkan 1 ft3 udara bersih untuk mencapai nilai ambang.

            Dari table 7-3 bisa diliihat bahwa 1 satuan bau aseton ialah kuantitas yang diperlukan untuk menghasilkkan konsentrasi  100 ppm,sedang satu satuan bau formaldehidaiaalah kuantitas yang diperlukan untuk menghasilkan konsentrasi 1,0 ppm.

Tabel 7-3.Ambang bau di udara


Zat bau

Ambang bau,ppm
Asam asetat
1,0
Aseton
100
Amina trimetril
0,0021
Amonia
46,8
Anilina
1,0
Karbon disulfide
0,21
Klor
0,31
Dietil  formanida
100
Difenil sulfida
0,21
Formaldehida
1,0
Hydrogen sulfide
0,00047
Methanol
100
Metilena klorida
214
Nitrobenzene
0,00047
Fenol
0,047
Trimetil amina
0,00021















III.Penutup
a.Kesimpulan
Dalam makalah ini dapat disimpulkan betapa pentingnya pengukuran pencemaran udara sebab dengan melakukan pengukuran kita dapat menetapkan tingkat pencemaran udara di suatu tempat dengan memperhatikan data biologi yang menerima dampak pencemaran udara secara langsung seperti manusia dan hewan. Selain itu kita juga dapat menentukan sumber-sumber penyebab pencemaran udara sehingga kita dapat menentukan derajat pengendalian yang diperlukan.
Dalam melakukan pengukuran kita harus mengambil contoh udara yang akan diteliti sehingga kita dapat mengetahui apakah di daerah tersebut telah terjadi pencemaran udara atau tidak. Pengambilan contoh dilakukan oleh perangkat pengambilan contoh yang terdiri dari 4 bagian yaitu piranti persiapan contoh, peralatan pengumpulan contoh, peranti ukur dan sumber vakum.
Untuk melakukan pengambilan contoh udara diperlukan suatu teknik yang tepat agar kiata dapat menegtahui bahan pencemar apa saja yang terdapat diudara. Berdasrkan bentuknya teknik pengambilan contoh dibagi menjadi 2 yaitu teknik pengambialn contoh udara yang  berbentuk gas dan yang berbentuk butiran. Pada teknik pengambilan contoh udara berbentuk gas dibagi menjadi 3 yaitu teknik absorbsi, teknik adsorbsi, dan teknik perangkap beku pisah sedangkan pada megambilan contoh udara yang berbentuk butiran dibagi menjadi 4 yaitu pengendapan dan sedimentasi, pengumpilan dengan cara mekanik, reknik sedimentasi dan teknik kolektor tubruk dan presipitator.
Dalam pencemaran udara banyak sekali zat yang menyebabkan udara tercemar dan salah satu yang berbahaya adalah sulfur dioksida yang dapat menyebabkan hujan asam selain itu zat ini   merupakan zat pencemar yang paling banyak dihasilkan oleh banyak industri selain gas CO dan CO2 oleh karena itu diperlukan teknik khusus untuk pengukur tingkat pencemaran yang disebabkan loeh gas sulfur dioksida. Dalam pengukuran sulfur dioksida dikenal 3 metode umum yaitu analisa dengan cara kolorimetri, dengan cara elektrokondutivitas dan terakhir dengan cara coulometri.
Selain bahan pencemar indicator lain yang perlu diukur dalam pengukuran pencemaran udara yaitu pembakaran, keburaman, dan bau. Pembakaran dan keburaman perlu diukur untuk mengetahui seberapa sempurna pembakaran itu apabila pembakaran itu tidak sempurna maka akan banyak sekali zat pencemar yang terdapat didalamnya yang menyebabkan hasil pembakaran berwarna hitam pekat atau buram.

3 comments: