BAB III
PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH
3.1 Pendahuluan
Pengolahan dengan suhu
rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini
dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap
berlangsung setelah panen, sampai buah dan sayuran itu membusuk; dan
pertumbuhan bakteri di bawah suhu 100C akan semakin lambat dengan
semakin rendahnya suhu. Proses metabolisme sendiri terganggu apabila terjadi
perubahan suhu. Sehingga penyimpanan suhu rendah dapat memperpanjang masa hidup
jaringan-jaringan dalam bahan pangan karena penurunan aktivitas respirasi dan
aktivitas mikroorganisme. Lambatnya pertumbuhan mikroba pada suhu yang lebih
rendah ini menjadi dasar dari proses pendinginan dan pembekuan dalam pengawetan
pangan. Proses pendinginan dan pembekuan tidak mampu membunuh semua mikroba,
sehingga pada saat dicairkan kembali (thawing), sel mikroba yang tahan terhadap
suhu rendah akan mulai aktif kembali dan dapat menimbulkan masalah kebusukan
pada bahan pangan yang bersangkutan.
Metode ini sering digunakan sebagai
alternative pengawetan karena bahan pangan tidak akan kehilangan nutrisi yang
terkandung di dalamnya, selain itu rasa dan tekstur dari bahan pangan yang
diawetkan dengan cara ini. Selain itu sifat fisik dan sifat kimia dari bahan
pangan tidak akan berubah seperti pengawetan yang dilakukan melalui proses
kimia atau fermentasi.
Penggunaan suhu rendah dalam
pengawetan makanan tidak dapat menyebabkan kematian mikroba sehingga bila bahan
pangan dikeluarkan dari tempat penyimpanan dan dibiarkan mencair kembali
(thawing) pertumbuhan mikroba pembusuk dapat berjalan dengan cepat.
3.2 Cara-Cara Pengawetan Suhu Rendah
Pengawetan bahan pangan
pada suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pendinginan (cooling)
dan pembekuan (freezing). Pendinginan adalah penyimpanan bahan pangan di atas
suhu pembekuan yaitu -2 sampai 10oC. Meskipun air murni membeku pada
suhu 0oC, tetapi beberapa
bahan pangan ada yang tidak membeku sampai suhu dibawah -2oC
atau dibawah, hal ini terutama disebabkan oleh pengaruh kandungan zat-zat di
dalam bahan pangan tersebut. Pendinginan biasanya akan mengawetkan beberapa
hari atau minggu tergantung dari ,acam bahan pangannya.
Contoh pengawetan dengan suhu rendah
Pembekuan adalah penyimpanan bahan
pangan dalam keadaan beku. Pembekuan dapat mengawetkan bahan pangan untuk
beberapa bulan atau kadang-kadang beberapa tahun. Pembekuan yang baik biasanya
dilakukan pada suhu -12oC sampai -24oC, dan pembekuan
cepat dilakukan pada suhu -24oC sampai -40oC. Pembekuan
cepat ini dapat terjadi dalam waktu kurang dari 30 menit. Sedangkan pembekuan
lambat biasanya berlangsung selama 30-27 jam.
Pembekuan cepat mempunyai beberapa
kelebihan dibandingkan dengan cara lambat karena Kristal es yang terbentuk
sehingga kerusakan mekanis yang terjadi lebih sedikit, penceghan pertembuhan
mikroba juga berlangsung cepat dan kegiatan enzim juga cepat berhenti. Bahan
makanan yang dibekukan secara cepat mempunyai mutu lebih baik dari pada bahan
pangan yang dibekukan secara lambat.
3.3 Metode Pembekuan
Teknik-teknik pembekuan termasuk:
a.
Pembekuan
dalam udara dingin
Ada dua system yang dapat dipakai
dalam pembekuan dengan metode ini yaitu udara diam dan dengan hembusan udara.
Pembekuan dengan udara diam dilakukan dengan menempatkan bahan pangan yang
dikemas atau yang lepas di dalam ruangan pembekuan yang sesuai. Sementara itu,
pembekuan dengan hembuasn udara dilakukan dengan menghembuskan udara dingin
denga kecepatan sangat tinggi dengan bantuan kipas yang dipasang di dalam
ruangan pembekuan.
Gambar fluidised bed
b.
Pembekuan
dengan kontak tidak langsung dengan zat pembeku
Suatu logam dicelupkan dalam larutan
garam yang didinginkan , kewmudian bahan pangan dikontakkan dengan logam yang
didinginkan dengan zat pendingin (larutan garam). Bahan panga juga dapat
dikemas dalam kotak karton dan ditempatkan pada sebuah plet logam yang
diginginkan. Plat logam berupa ban berjalan atau staesioner. Dan larutan
pendingin dapat diam atau bergerak secara turbulen.
Plate Freezer
c.
Pembekuan
dengan perendaman langsung
Pencelupan langsung bahan pangan
dalam suatu zat pendingin cair merupakan metode yang paling cepat.
Produk-produk makanan dapat dibekukan
dengan cepat, karena adanya singgungan langsung antara bahan pangan dengan zat
pendingin yang sangant baik. Bahan pangan dapat dibekukan dalam system cairan,
dalam system semprotan dan dalam system kabut.
Pemilihan metode pembekuan dapat
berdasarkan pada:
Ø Mutu produk dan tingkat pembekuan
yang diinginkan
Ø Tipe dan bentuk produk, pengmasan dan
lain-lain.
Ø Fleksibelitas yang dibutuhkan dalam
operasi pembekuan.
Ø Biaya pembekuan untuk teknik
alternative.
3.4 Kerusakan – Kerusakan Akibat Penyimpanan Suhu Rendah
Untuk menjaga mutunya, produk –
produk hortikultura (buah – buahan dan sayuran) memerlukan suhu penyimpanan
tertentu, seperti terlihat pada Tabel 3-1.
Tabel 3-1 Penyimpanan beberapa buah –
buahan dan sayur – sayuran pada suhu rendah +)
Bahan
|
Suhu terbaik (oC)
|
Kerusakan jika disimpan di bawah suhu
penyimpanan terbaik
|
Buah – buahan :
Advokat
Anggur
Apel
Jeruk
Mangga
Nanas ++)
Pepaya
Pisang
Sayuran – sayuran
Buncis
Kentang
Ketimun
Kol ++)
Terung ++)
Tomat hijau
Tomat matang
Wortel ++)
|
7,5
7,5
1 – 2
2 – 3
10
10 – 30
7,5
13,5
7,5 – 10
4,5
7,5
0
7 – 10
13
10
0 – 1,5
|
Coklat
bagian dalam
Luka,
bopeng, coklat bagian dalam
Coklat
bagian dalam, lunak dan pecah
Kulit
tidak beraturan
Warna
pucat bagian dalam
Lembek
Pecah
Warna
gelap jika masak
Bopeng,
lembek, kemerah – merahan
Coklat (browning)
Bopeng,
lembek, busuk
Garis –
garis coklat pada tangkai
Bintik –
bintik coklat
Tidak
berwarna jika masak, mudah busuk
Pecah
Pecah
|
+) Potter (1968) ++) Dardjo Somaatmadja (1972)
Contoh kerusakan yang terjadi pada buah
Untuk
mencegah kerusakan pada buah advokat yang masih keras atau belum masak
sebaiknya disimpan pada suhu 7,5oC. Sedangkan buah yang sudah masak
disimpan pada suhu sekitar 0oC. Pencegahan yang terbaik kerusakan
pada kulit mangga adalah dengan penyemprotan yang teratur pada buah sewaktu
masih di pohinnya dan setelah pemetikan buah disimpan pada suhu 10oC.
Pencegahan kerusakan pada buah nanas yang dilakukan terutama pada buah yang
baru dipetik, tangkai bekas patahan atau keratin pisau harus dicelupkan ke
dalam larutan yang mengandung 2,5 % asam benzoate di dalam alcohol 30 %
kemudian didinginkan pada suhu 10 – 13oC. Suhu untuk penyimpanan
pisang terutama pisang ambon yaitu pada suhu lebih rendah dari 13,5oC.
Ketimun hendaknya jangan disimpan pada suhu di bawah 7,5oC untuk
mencegah terjadinya warna yang mengkilat pada kulit dan untuk mencegah
dagingnya agar tidak menjadi lembek. Pemetikan dan perlakuan yang hati – hati
pada tomat dapat mencegah kerusakan pada waktu penyimpanan. Suhu penyimpanan
yang baik untuk tomat yang masih mentah (hijau) adalah 13oC,
sedangkan untuk tomat masak (merah) 10oC.
3.5 Pengaruh Pembekuan pada Jaringan
Makanan
tidak mempunyai titik beku yang pasti, tetapi akan membeku pada kisaran suhu
tergantung pada kadar air dan komposisi sel. Kurva suhu-waktu pembeku umumnya menunjukkan garis datar antara 0o
dan -5oC berkaitan dengan perubahan air menjadi es, kecuali jika
kecepatan pembekuan sangat tinggi. Telah ditunjukkan bahwa waktu yang
dibutuhkan untuk melampaui daerah pembekuan ini mempunyai pengaruh yang nyata
pada mutu beberapa makanan beku. Umunya telah diketahui bahwa pada tahapan ini terjadi kerusakan sel
dan struktur yang ireversibel yang mengakibatkan mutu menjadi
jelek setelah pencairan, terjadi khususbya sebagai hasil pembentukan Kristal es
yang besar.
3.6 Pengaruh Pembekuan pada Mikroorganisme
Pertumbuhan
mikroorganisme dalam makanan pada suhu dibawah kira-kira 12oC belum dapat
diketahui dengan pasti. Jadi penyimpanan makanan beku pada suhu -18oC dan
dibawahnya akan mencegah kerusakan mikrobiologis, dengan pesyaratan tidak
terjadi perubahan suhu yang besar.
Mikroorganisme
psikrofilik mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada suhu lemari es, terutama
diantara 0oC-5oC. Jadi penyimpanan yang lama pada suhu-suhu ini dapat
mengakibatkan terjadinya kerusakan oleh mikroba.
Walaupun
jumlah mikroba biasanya menurun selama pembekuan dan penyimpanan beku, tetapi
makanan beku terkadang tidak steril dan sering cepat membusuk dibandingkan
produk yang tidak dibekukan.
Makanan
tidak mempunyai titik beku yang pasti, tetapi akan membeku pada kisaran suhu
tergantung pada kadar air dan komposisi sel. Kurva suhu-waktu pembeku
umumnya menunjukkan garis datar antara 0o
dan -5oC berkaitan dengan perubahan air menjadi es, kecuali jika
kecepatan pembekuan sangat tinggi. Telah ditunjukkan bahwa waktu yang
dibutuhkan untuk melampaui daerah pembekuan ini mempunyai pengaruh yang nyata
pada mutu beberapa makanan beku. Umunya telah diketahui bahwa pada tahapan ini terjadi kerusakan sel
dan struktur yang ireversibel yang mengakibatkan mutu menjadi
jelek setelah pencairan, terjadi khususbya sebagai hasil pembentukan Kristal es
yang besar.
3. 7 Beberapa Perlakuan Pendahuluan Sebelum Pendinginan dan Pembekuan
a. Pendinginan
Buah-buahan
yang akan disimpan pada suhu rendah haruslah yang bermutu baik dan tidak mema.
Sebelum didinginkan buah harus dicuci dan ditiriskan, jangan disimpan dalam
keadaan basah, karena akan merangsang pertumbuhan kapang dan pembusukan dapat
cepat terjadi. Untuk mengurangi suatu kelayuan dan pengeringan, buah dibungkus
dalam kantong plastic yang berpori-pori agar tetap terjadi sirkulasi udara.
Suhu
pendinginan yang digunakan tergantung pada jenis buah, biasanya suhu
pendinginan cocok untuk buah-buahan seperti “strawberry”, apel, mangga, dan
juwet. Sedang pisang, advokat, nanas, dan semangka lebih baik tidak disimpan di
dalam lemari es, karena pada suhu di bawah 13,3 oC akan terjadi
“chilling inyury”.
Pengecualian
pada sayuran, karena beberapa sayuran paling baik dimakan segera sesudah
dipanen. Tanaman terus bernafas terjadi perubahan selama penyimpanan yaitu,
gula yang ada digunakan untuk respirasi. Dimana cara memepertahankan mutu
sayuran itu sendiri tergantung dari sifat aslinya.
Umumnya
sayuran seperti umbi, bawang, kentang, dan biji-bijian dapat disimpan pada suhu
ruang dalam jangka waktu yang relative lama tanpa terjadi penurunan mutu yang
serius. Terung, wortel, buncis, ketimun dapat disimpan pada runag sejuk seperti
di ruang bawah tanah (basement). Sayuran yang lain sebaiknya disimpan di dalam
lemari pendingin.
Suhu
yang tinggi dengan kelembaban yang relatif tinggi penyimpanan menyebabkan
pertunasan dan pembusukan. Sebaiknya, penyimpanan pada suhu rendah (4,4 oC)
atau lebih rendah menyebabkan terjadinya akumulasi gula sebab aktivitas
metabolism berlangsung agak lambat.
b. Pembekuan
Tujuan
perlakuan pendahuluan adalah untuk mempertahankan mutu buah dan sayuran selama
pembekuan dan penyimpanan beku, dengan cara mengurangi kerusakan selama
pembekuan dan penyimpanan beku. Pembekuan tidak dapat memeperbaiki mutu pangan.
Seleksi Bahan
Buah dan sayuran haruslah
dipilih pada dasar kematangan yang paling cocok untuk dibekukan. Buah harus
dalam keadaan cukup keras dan matang , sedangkan sayuran harus dalam keadaan
segar lapang (gardep fresh), lembut dan dalam keadaan matang yang seragam untuk
kebutuhan memasak.
Persiapan Bahan
Beberapa
tahap dilakukan dalam menyiapkan bahan pangan sebelum dibekukan, termasuk
pencucian untuk mereduksi jumlah mikroba melepaskan tangkai buah, mengupas
kulit dan bagian yang tidak dimakan serta memotong buah dalam bentuk yang
diinginkan.
Blansir
Blansir
adalah proses pemanasan dengan suhu tinggi (80 – 100 oC), dengan
menggunakan uap atau air panas. Umumnya blansir dilakukan terhadap buah dan
sayuran. Tujuan proses blansir adalah sebagai berikut:
a.
Menginaktifkan
enzim-enzim yang terdapat dalam buah dan sayuran yang dapat menyebabkan
perubahan flavor dan rasa serta warna dalam penyimpanan.
b.
Mengerutkan
dan melemaskan bahan pangan, sehingga memudahkan pengolahan selanjutnya.
c.
Menurunkan
kontaminasi mikroba awal.
d.
Menghilangkan
kotoran-kotoran pada permukaan bahan dan mengusir udara atau mengurangi kadar
oksigen dari jaringan bahan pangan.
3. 8 Mencegah Perubahan Warna
Perubahan
warna yang utama pada sayuran dan buah-buahan disebabkan oleh reaksi browning
(pencokelatan). Reaksi pencokelatan (browning) enzimatis dan non enzimatis.
Browning enzimatis disebabkan oleh aktivitas enzim phenolase dan poliphenolase.
Apabila sel pecah akibat terjatuh/memar atau terpotong (pengupasan, pengirisan)
substrat dan enzim akan bertemu paad keadaan aerob (terdapat oksigen) sehingga
terjadi reaksi browning enzimatis.
Untuk
terjadinya reaksi browning enzimatis diperlukan adanya 4 komponen fenolase dan
polifenolase (enzim), senyawa-senyawa fenol dan polifenol (substrat), oksigen
dan ion tembaga yang merupakan sisi aktif enzim.
Browning
non enzimatik terutama disebabkan reaksi Maillard, yaitu reaksi yang terjadi
antara gula pereduksi (melalui sisi keton dan aldehid yang reaktif) dengan asam
amino (melalui gugus amina). Reaksi non enzimatik browning yang lain adalah
karamelisasi dan oksidasi asam askrobat. Reaksi browning dapat dicegah dengan
menambahkan senyawa-senyawa anti pencokelatan, antara lain senyawa-senyawa
sulfit, asam-asam organik dan dengan blanching/ blansir.
a.
Sulfit:
senyawa-senyawa sulfit misalnya Natrium Bisulfit, Natrium Sulfit dan lain-lain
mempunyai kemampuan untuk menghambat reaksi browning baik enzimatis maupun non
enzimatis.
b.
Penambahan
asam-asam organik dapat menghambat browning enzimatik terutama disebabkan efek
turunnya pH akibat penambahan senyawa tersebut. Asam-asam organic yang data
ditambahkan adalah asam askorbat, asam malat, asam sitrat, dan asam erithorbat.
Disamping menurunkan pH penambahan asam askorbat yang bersifat pereduksi kuat sehingga
berfungsi sebagai antioksidan.
3.9 Pengemasan dalam Gula dan Sirup
Buah
yang akan dibekukan dapat dikemas di dalam gula atau sirup, dapat juga
diboarkan tanpa pemanis, tergantung dari kemanisan buah. Buah beku yang tidak
diberi pemanis biasanya digunakan untuk pie,jelly, dan jam. Tujuan pemberian
gula disamping untuk pemanis juga untuk mempertahankan cita rasa dan warna
serta mencegah terjadinya oksidasi serta perusak selama penyimpanan. Gula dapat
ditambah dalam bentuk gula kering atau dalam bentuk sirup. Pengemasan dalam
bentuk sirup lebih baik karena dapat menahan aromatic volatile dan lebih
efektif dalam mencegah perusakan. Penggunaan gula kering biasanya pada buah
yang sudah dimasak hal ini dikarenakan buah yang sudah masakmengandung air lebih
sedikit.
3.10 Mencegah Perubahan Tekstur / Kekerasan
Perubahan kekerasan ini dapat
dicegah dengan perendaman dalam larutan garam kalsium. Dalam buah, klsium yang
bervalensi dua secara bereaksi secara menyilang dengan gugus karboksil dari
pectin. Bila ikatan tersebut jumlahnya besar maka akan terjadi jaringan kalsium pektat yang tidak larut
dalam air hal inilah yang menyebabkan buah tahan akan gangguan mekanis sehingga
pemecahan protopektin selama pengolahan buah.
Beberapa garam kalsium yang dapat
digunakan sebagai bahan pada pengalengan buah yaitu :
v Kalsium
klorida
v Kalsium
laktat
3.11 Pembekuan Buah-buahan dan Sayuran
Proses pembekuan sayuran akan
berjalan baik apabila suhu penyimpanan dipertahankan tidak melebihi batas minimum dari pertumbuhan mikroba. Untuk
penyimpanan yang lebih lama, mutu makanan beku akan rusak terutama sebagai
akibat dari perubahan-perubahan fisik,kimia, biokimia.
1.
Perlakuan-perlakuan yang dilakukan sebelum
pembekuan sayuran dan buah-buahan yang mengurangi kerusakan selama sayuran
dalam masa pembekuan :
·
Blansir : suatu proses yang dilakukan untuk
beberapa buah-buahan dan hamper semua sayuran yang bertujuan untuk
menginaktifkan enzim-enzim peroksida, katalase,dan enzim pembuat warna coklat
lainya, selain itu dapat mengurangi kadar oksigen dalam sel, mengurangi jumlah
mikroba.
·
Penambahan dan pencelupan ke dalam larutan
askorbat : hal ini bertujuan untuk mempertahankan warna
·
Pengemasan buah-buahan dalam gula kering dan
sirup : untuk meningkatkan kecepatan pembekuan dan mengurangi reaksi
pencoklatan
·
Perubahan Ph beberapa buah : untuk menurunkan
kecepatan reaksi pencoklatan
Perubahan enzim merupakan penyebab utama dari
perubahan mutu buah-buahan dan untuk mendapatkan mutu yang cukup baik
enzim-enzim tersebut harus diin-aktifkan atau dihambat.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi mutu makanan beku
:
1.
Mutu bahan baku yang digunakan
2.
Perlakuan sebelum pembekuan : Blansir,penggunaan
SO2atau asam askorbat
3.
Metoda dan kecepatan pembekuan
4.
Suhu penyimpanan
5.
Waktu penyimpanan
6.
Kelembaban lingungan yang digunakan
7.
Sifat-sifat dari setiap bahan pengemas
Beberapa
hal yang mempengaruhi kerusakan mutu makanan adalah :
1.
Perubahan warna
2.
Perubahan tekstur
3.
Perubahan Flavor
4.
Perubahan zat gizi
3.12 Aplikasi Pengolahan dengan Pendinginan dan Pembekuan
Industri Pangan Beku Berbasis Udang
Bahan baku berupa udang, oleh industri diolah menjadi berbagai produk
olahan udang beku (frozen shrimp),
yaitu : headless shell-on, whole head-on,
peeled and deveined, peeled undeveined, breaded, battered, cooked, dan specailities. Bentuk primer pada
perdagangan udang beku adalah headless
shell-on, atau populer dengan headless
(HL).
Berdasarkan alat pembeku dan cara
pengemasan / penyimpanannya, udang beku bentuk headless dibedakan menjadi dua,
yaitu : bentuk blok (block frozen of headless
shrimp) dan bentuk individual (individual
frozen of headless shrimp). Dari kedua bentuk olahan ini, block frozen of headless shrimp paling
mendominasi dalam perdagangannya, termasuk dalam investasi industrinya di
Indonesia.
Tahap dan prosedur
dalam memproduksi udang beku (block
frozen of headless shrimp) yang baik, disajikan dalam Tabel 3.
Tabel
3-2 Tahapan Proses pada Industri Udang Beku
Tahap – tahap
|
Prosedur
|
Penerimaan Bahan Baku
|
· Udang
yang diterima harus dalam keadaan segar, tidak mengandung bahan asing dan
antibiotik.
· Dicatat
jumlahnya berdasarkan daerah asal dan suplier yang mengirimkan.
· Suhu
udang maksimal 5oC.
· Udang
dibongkar dan diletakkan pada meja sortir menggunakan keranjang.
· Pengecekan
size dilakukan pernota dan diambil
secara acak (random sampling).
|
Pencucian I
|
· Pencucian
dilakukan menggunakan air yang megandung klorin dengan konsentrasi 100 ppm.
· Suhu air
maksimal 5oC.
· Setelah
dicuci dengan klorin, basket disiram dengan air dingin.
|
Pemotongan Kepala
|
· Suhu
maksimal 5oC untuk menjaga kesegaran udang.
· Pemotongan
kepala dilakukan menggunakan tangan (secara manual) dengan cepat dan hati –
hati.
· Diletakkan
dalam basket yang berisi air dingin.
|
Pencucian II
|
· Pencucian
dilakukan dengan menggunakan air dengan konsentrasi klorin 5 – 10 ppm dan
suhu maksimal 5oC.
· Penimbangan.
|
Sortasi I
|
· Memisahkan
udang berdasarkan ukurannya (size)
dan grading.
· Maksimal
suhu udang 5oC.
|
Sortasi Final
|
· Melakukan
pemisahan warna dan mengeluarkan udang yang BS (below standar) dan udang yang broken.
· Maksimal suhu
udang 5oC.
|
Penimbangan
|
· Kalibrasi
timbangan dilakukan setiap satu bulan sekali untuk menjaga kesesuaian berat
hasil penimbangan.
· Penimbangan
dilakukan dengan hati – hati dan cepat.
|
Pencucian Final
|
· Udang
yang telah ditimbang dicuci kembali untuk menghilangkan kotoran dan benda
asing.
· Pencucian
final dilakukan dua thap, pertama menggunakan air klorin dingin dengan
konsentrasi 5 – 10 ppm lalu dicuci menggunkan air untuk mengurangi residu
klorin.
· Suhu dari
pencucian kurang dari 5oC.
· Pencucian
dilakukan dengan hati – hati.
|
Penyusunan & Pemberian Air
|
· Setelah
dicuci udang disusun dalam inner pan.
· Penyusunan
dilakukan dengan cepat untuk menghindari penambahan suhu.
· Setelah
udang disusun diisi dengan air dingin tanpa klorin.
· Pengisian
air harus penuh.
|
Pembekuan
|
· Pembekuan
dilakukan pada suhu optimum produk yaitu 18oC.
· Menggunakan
sistem pembekuan cepat.
· Inner pan
yang telah berisi susunan udang dimasukkan dalam contact plate freezer dan diisi dengan air dingin suhu 5oC.
· Pembekuan
berlangsung selama 2,5 jam.
·
Bahan
pendingin yang digunakan adalah ammonia cair.
|
Pelapisan (Glazing)
|
· Setelah
pembekuan dikeluarkan dan langsung disiram dengan air dingin untuk pelapisan.
·
Penambahan
air dingin dengan suhu 20oC.
·
Pelapisan
harus dilakukan dengan cepat
·
Setelah
semua blok dilapisi dicelupkan pada air dengan suhu 27 – 28oC.
· Produk
yang telah dibungkus dengan plastik langsung dideteksi dengan metal detector.
· Metal detector sebelum
dioperasikan dicek terlebih dahulu.
|
Pengemasan
|
· Produk
sebelumnya dikemas dalam plastik HDPE kemudian inner carton dan master
carton.
· Pemisahan
berdasarkan mutu dan size.
· Setelah
produk dikemas, pemberian pita menggunakan strapping band.
· Suhu
ruangan untuk pengemasan maksimal 20oC.
|
Penyimpanan
|
· Produk
disimpan dalam cold storage pada
suhu -22oC.
· Penyimpanan
dilakukan dengan menggunakan sistem FIFO
(first in first out).
|
Penyimpanan dan Pengangkutan Makanan Beku
Makanan dapat dibekukan sebelum atau
sesudah dikemas. Buah – buahan dan sayuran yang akan dijual eceran biasanya
dibekukan dulu sebelum dikemas dan disimpan dalam peti besar atau silo.
Penyimpanan dalam jumlah banyak memungkinkan pengemasan selama setahun dan
menghindarkan kebutuhan untuk menduga keperluan ukuran kemasan yang berbeda –
beda selama satu tahun penuh.
Seperti sistem lainnya, pengolah
harus yakin bahwa suhu produk telah diturunkan dalam alat pembeku sampai
mencapai suhu ruang penyimpanan dingin sebelum dipindahkan ke dalam ruang
penyimpanan tersebut (-18oC sampai -25oC). Kegagalan
melakukan hal ini akan mengakibatkan kenaikan suhu ruang penyimpanan dingin dan
mempercepat kerusakan makanan yang sudah ada di dalamnya. Selang waktu yang
cukup lama dibutuhkan oleh sistem pendinginan untuk dapat mengembalikan suhu
yang diinginkan.
Sesudah makanan diolah, disimpan dan
dikemas secara baik, bahan ini harus dijual ke konsumen dengan perubahan mutu
minimal. Distribusi makanan beku dapat melibatkan beberapa tahap, pengangkutan
ke tempat penyimpanan dingin di pedagang – pedagang besar dan kecil, dan produk
dapat mengalami perubahan suhu yang tidak dikehendaki selama pemindahan dari
ruang penyimpanan satu ke lainnya dan dari kendaraan ke ruang penyimpanan.
Perusahaan – perusahaan yang bertanggung jawab telah banyak melakukan
pendidikan cara penanganan operasional yang tepat, tetapi masih banyak lagi
yang masih harus dikerjakan. Unit pendingin pada alat pengangkut makanan beku
dirancang untuk mempertahankan suhu dengan menyerap panas yang masuk ke dalam
ruang penyimpanan, tetapi bukan dirancang untuk menurunkan suhu makanan.
3.13 Kesimpulan
Cara
pengawetan bahan pangan
pada suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pendinginan (cooling)
dan pembekuan (freezing). Pendinginan adalah penyimpanan bahan pangan di atas
suhu pembekuan yaitu -2 sampai 10oC. Sedangkan pembekuan adalah
penyimpanan bahan pangan dalam keadaan beku. Pembekuan yang baik biasanya
dilakukan pada suhu -12oC sampai -24oC, dan pembekuan
cepat dilakukan pada suhu -24oC sampai -40oC.
Teknik-teknik
dalam proses pembekuan yaitu:
a.
Pembekuan
dalam udara dingin
b.
Pembekuan
dengan kontak tidak langsung dengan zat pembeku
c.
Pembekuan
dengan perendaman langsung
Pemilihan metode
pembekuan dapat berdasarkan pada:
Ø Mutu produk dan tingkat pembekuan
yang diinginkan
Ø Tipe dan bentuk produk, pengmasan dan
lain-lain.
Ø Fleksibelitas yang dibutuhkan dalam
operasi pembekuan.
Ø Biaya pembekuan untuk teknik
alternative.
Pembekuan juga dapat mempengaruhi jaringan,
mikroorganisme, dan sifat bahan pangan. Adapun beberapa perlakuan pendahuluan
sebelum pendinginan dan pembekuan, yaitu pendinginan dan pembekuan. Dimana
pembekuan itu sendiri ada 3 tahap, yatu seleksi bahan, persiapan bahan, dan
blansir.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi mutu makanan beku
:
1.
Mutu bahan baku yang digunakan
2.
Perlakuan sebelum pembekuan : Blansir,penggunaan
SO2atau asam askorbat
3.
Metoda dan kecepatan pembekuan
4.
Suhu penyimpanan
5.
Waktu penyimpanan
6.
Kelembaban lingungan yang digunakan
7.
Sifat-sifat dari setiap bahan pengemas
Aplikasi dari pengolahan
dengan pendinginan dan pembekuan adakah industry pangan beku berbasis udang. Bahan
baku berupa udang, oleh industri diolah menjadi berbagai produk olahan udang
beku (frozen shrimp), yaitu : headless shell-on, whole head-on, peeled and
deveined, peeled undeveined, breaded, battered, cooked, dan specailities. Bentuk primer pada perdagangan
udang beku adalah headless shell-on, atau
populer dengan headless (HL).
terimah kasih atas ilmu yang telah dibagi...sedikit saran...bagaimana klo disertakan referensi atau daftar pustaka dalam penulisan agar lebih jelas dan ilmiah..terima kasih
ReplyDeleteBagus pak materinya.
ReplyDelete