Friday, 12 October 2012

Konsep Kebudayaan Dalam Islam


Secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil akal, budi, cipta, rasa, karsa dan karya manusia yang tidak lepas dari nilai ketuhanan. Hasil olah akal, budi, rasa dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai kemanusiaan yang universal berkembang menjadi sebuah peradaban. Dalam pengembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani sehingga akan merugikan diri sendiri. Disini agama islam berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal budaya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban islam. Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan atau yang disebut peradaban islam, maka fungsi agama disini akan semakin jelas. Ketika perkembangan dan dinamika kehidupan kehidupan umat manusia itu sendiri mengalami kebekuan karena keterbatasan dalam pemecahan persoalan.  Kehidupannya sendiri akan sangat terasa akan perlunya suatu bimbingan. Wahyu Allah SWT mengangkat seorang rasul dari golongan manusia yang menjadi sasaran bimbingannya adalah umat manusia. Oleh karen itu misi utama Muhammad SAW diangkat sebagai rasul adalah menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam semesta. Mengawali tugas kerasulannya Nabi meletakkan dasar-dasar kebudayaan islam yang kemudian berkembang menjadi peradaban islam. Ketika dakwah islam keluar jazirah arab dan tersebar ke seluruh dunia, maka terjadilah suatu proses panjang yang rumit, yaitu asimilasi budaya-budaya setempat dengan nilai-nilai islam yang kemudian menghasilkan kebudayaan islam. Kemudian ini berkembang secara universal.

Sejarah Intelektual Islam

Dengan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution dilihat dari segi pengembangannya, sejarah intelektual islam dapat dikelompokkan kedalam 3 masa yaitu masa klasik antara 630-1250 M, masa pertengahan yaitu pada tahun 1250-1800 M, dan masa modern yaitu sejak tahun 1800-sekarang. Pada masa klasik lahir ulama mahzab seperti Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi’i, Imam Maliki. Sejalan dengan itu lahir pula filsuf muslim seperti Al Kindi (801 M), seorang filsuf pertama muslim. Diantara pemikirannya Ia berpendapat : kaum muslim hendaknya menerima filsafat sebagai kebudayaan islam. Selain Al Kindi (801 M) pada masa itu lahir  pula filsuf besar seperti Al Razi’ (865 M), Al Farrabi (870 M), Ia dikenal sebagai pembangun agung sistem filsafat. Pada abad selanjutnya lahir juga filsuf besar seperti ibnu miskanai (903 M) pemikirannya yang terkenal tentang pendidikan islam, Ibnu Sina (1307 M), Ibnu Majah (1138 M), Ibnu Tufa’in (1147), Ibnu Rush (1126 M). Pada masa pertengahan yaitu 1250-1800 M dalam catatan pemikiran islam masa itu merupakan fase kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari umat islam sehingga ada kecendrungan akal dipertentangkan dengan wahyu, iman dengan ilmu, dunia dengan akhirat. Pengaruhnya masih terasa sampai sekarang. Sebagian pemikiran islam kontemporer sering melontar tuduhan kepada Al Ghazali yang menjauhkan filsafat dengan agama seperti tulisannya fahafutul talasifah (kerancuan filsafat) tulisan Al Ghazali dijawab oleh Ibnu Rush dengan tulisan (Kerancuan diatas kerancuan). Pada saat ini ada pertanyaan mendasar yang sering dilontarkan para intelektual muslim. Mengapa umat islam tidak bisa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern?. Jawabnya sangat sederhana, yaitu karena orang islam tidak mau melanjutkan tradisi keilmuan yang dilakukan oleh para ulama besar pada jaman klasik. Pada masa modern umat islam mulai terbuai pada kemegahan yang bersifat materil. Sebagai contoh kasus pada zaman modern ini tidak ada lahir para ilmuwan dan tokoh muslim caliber dunia yang lahir dari Negara-negara kaya di timur tengah.

Mesjid Sebagai Pusat Peradaban Islam

Mesjid pada umunya dipahami sebagai tempat ibadah khusus seperti sholat  Padahal mesjid berfungsi lebih luas daripada tempat sholat. Pada awal berdirinya mesjid bergeser dari fungsi utamanya yaitu tempat sholat. Akan tetapi perlu diingat mesjid di zaman Nabi berfungsi sebagai pusat peradaban. Nabi mensucikan jiwa kaum muslimin, mengajarkan Al Qur’an dan Al Hadist, bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah kaum muslimin, membina sifat dasar kaum muslimin terhadap orang yang berbeda agama dan ras, sehingga upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan umat justru berasal dari mesjid. Mesjid dijadikan symbol persatuan umat islam selama sekitar 700 tahun sejak Nabi mendirikan mesjid pertama. Fungsi mesjid masih kokoh, orisinil sebagai pusat peribadatan dan peradaban. Sekolah-sekolah dan universitas pun kemudian bermunculan, justru dari mesjid. Mesjid Al Azhar di mesir merupakan salah satu contoh yang sangat luas dikenal kaum muslimin Indonesia. Mesjid ini mampu memberikan beasiswa bagi para pelajar dan mahasiswa, bahkan pengentasan kemiskinan pun merupakan program nyata mesjid.  

No comments:

Post a Comment